Meimoodaema || Travel Blogger

  • Home
  • About
    • About Her
    • Contact Her
    • Disclosure
  • Culinary
    • Culinary
  • Hotel
    • Hotel
    • Hotel Tips
  • Travel
    • Indonesia Destination
      • Jawa & Bali
      • Kalimantan
      • Nusa Tenggara
      • Papua
      • Sulawesi
      • Sumatera
    • International
      • Australia
      • Bhutan
      • Canada
      • Hongkong
      • India
      • Jepang
      • Korea Selatan
      • Laos
      • Malaysia
      • Myanmar
      • Nepal
      • Philipine
      • Singapore
      • Thailand
      • Vietnam
    • Mountaineering
    • Travel Tips
    • Travel Book
    • Travel Movie
    • Voluntourism
  • Thoughts
    • Beauty
    • Blogging
    • Business
    • Education
    • Environment & Social
    • Financial
    • Fashion
    • Healthy
    • Home & Decor
    • Lifestyle
    • Technology

Culinary

Destination

Hotel

Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, termasuk dalam hal arsitektur tradisional. Setiap suku di Sulawesi memiliki rumah adat dengan bentuk, fungsi, dan filosofi yang unik. Salah satu rumah adat yang paling dikenal luas adalah Rumah Adat Tongkonan milik suku Toraja.

Rumah Adat Tongkonan beraal dari daerah atau suku Toraja yang sangat unik, kaya akan budaya dan sejarah, serta terkenal di Indonesia. Penasaran seperti apa? Keep reading.

rumah adat tongkonan toraja


Sejarah Rumah Adat Tongkonan Toraja

Rumah adat Tongkonan merupakan simbol budaya yang sangat penting bagi masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan. Tongkonan bukan hanya sekadar tempat tinggal, melainkan pusat kehidupan adat, spiritual, dan sosial masyarakat Toraja. Rumah ini berfungsi sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah, serta pelaksanaan berbagai upacara adat yang sakral. Keberadaannya mencerminkan identitas dan filosofi hidup suku Toraja yang diwariskan secara turun-temurun.

Secara etimologis, kata Tongkonan berasal dari bahasa Toraja, yaitu tongkon yang berarti duduk atau tempat duduk bersama. Nama ini mencerminkan fungsi utama rumah tersebut sebagai tempat pertemuan dan diskusi antar anggota keluarga besar. Dalam tradisi Toraja, Tongkonan juga dianggap sebagai rumah asal-usul atau origin house yang menjadi titik awal lahirnya suatu garis keturunan.

Menurut mitologi Toraja, Tongkonan pertama kali dibangun oleh leluhur bernama Puang Matua, yang diyakini turun dari langit. Karena itu, Tongkonan dianggap sebagai warisan suci yang tidak boleh sembarangan dibangun, dijual, atau ditinggalkan. Pendirian sebuah Tongkonan harus melibatkan serangkaian upacara adat dan ritual untuk menghormati leluhur serta menjaga keharmonisan spiritual antara manusia dan alam semesta.

rumah adat tongkonan


Dari segi arsitektur, Tongkonan memiliki bentuk atap melengkung menyerupai perahu atau tanduk kerbau. Bentuk ini sarat makna filosofis, seperti kekuatan, keberanian, dan perjalanan hidup. Atapnya biasanya dibuat dari bambu atau ijuk, sementara dindingnya dihiasi dengan ukiran dan warna-warna simbolik seperti merah, hitam, putih, dan kuning yang masing-masing melambangkan nilai budaya tertentu.

Selain sebagai tempat tinggal, Tongkonan juga berfungsi sebagai pusat upacara adat seperti Rambu Solo atau upacara kematian dan Rambu Tuka yaitu upacara syukuran. Tongkonan juga mencerminkan status sosial pemiliknya. Semakin besar dan kompleks ukiran serta bentuk rumahnya, maka semakin tinggi pula derajat sosial keluarga tersebut dalam masyarakat Toraja.

Pembangunan Tongkonan tidak hanya melibatkan arsitektur fisik, tetapi juga aspek sosial dan spiritual. Proses ini biasanya dilakukan secara gotong royong oleh seluruh anggota keluarga besar dan masyarakat sekitar. Dalam pembangunannya, segala arah rumah dan struktur bangunan ditentukan berdasarkan aturan adat yang ketat dan penuh makna simbolik.

rumah adat tongkonan toraja sulawesi


Hingga saat ini, rumah adat Tongkonan masih dilestarikan oleh masyarakat Toraja sebagai bagian dari warisan budaya yang hidup. Selain menjadi objek wisata budaya yang menarik, Tongkonan juga menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai leluhur masih dijaga dengan kuat oleh generasi masa kini. Pemerintah Indonesia pun mengakui Tongkonan sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang harus dijaga keberadaannya.

Cara Menuju ke Rumah Adat Tongkonan

Untuk menuju ke rumah adat Tongkonan, biasanya wisatawan akan memulai perjalanan dari Kota Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. Dari Makassar, perjalanan ke Toraja dapat ditempuh dengan menggunakan mobil atau bus selama sekitar 8 hingga 10 jam tergantung kondisi jalan dan kendaraan.

Rute yang paling umum adalah melalui jalur darat menuju Kabupaten Tana Toraja. Selama perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan pegunungan yang indah dan desa-desa tradisional yang masih menjaga kearifan lokal. Jika tidak ingin menghabiskan waktu lama di perjalanan darat, ada juga opsi penerbangan dari Makassar menuju Bandara Pongtiku di Toraja, walaupun jadwal penerbangan tidak selalu rutin.

Setelah tiba di Toraja, rumah adat Tongkonan bisa ditemukan dengan mudah di desa-desa seperti Kete Kesu, desa wisata yang terkenal dengan deretan rumah Tongkonan yang masih terawat baik. Desa ini juga menawarkan pengalaman menyaksikan langsung berbagai tradisi budaya yang dijaga turun-temurun.

Bagi pengunjung yang ingin menikmati pengalaman lebih lengkap, banyak pemandu lokal yang siap membantu untuk mengenal lebih dalam tentang budaya Toraja, termasuk menjelaskan filosofi di balik setiap ukiran dan fungsi rumah Tongkonan dalam kehidupan masyarakat.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk

Tongkonan sebagai warisan budaya biasanya dapat ditemukan di beberapa desa wisata di Toraja seperti di Rantepao, Kete Kesu, dan Lemo. Sebagian besar lokasi wisata yang menampilkan rumah adat Tongkonan buka setiap hari mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Jam operasional ini memungkinkan pengunjung untuk menikmati keindahan rumah adat sekaligus menyaksikan berbagai ritual budaya yang masih berlangsung.

Mengenai harga tiket masuk, biaya yang dikenakan untuk masuk ke kawasan wisata rumah adat Tongkonan relatif terjangkau. Harga tiket masuk berkisar antara Rp10.000 hingga Rp25.000 per orang, tergantung lokasi dan fasilitas yang tersedia.

Tiket ini biasanya sudah termasuk panduan wisata yang menjelaskan sejarah dan makna dari setiap elemen rumah Tongkonan. Beberapa lokasi juga menyediakan paket tur dengan harga khusus jika pengunjung ingin belajar lebih dalam tentang budaya Toraja.

Aktivitas Seru yang Bisa Dilakukan di Rumah Adat Tongkonan Toraja

Mengunjungi rumah adat Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan, bukan sekadar melihat bangunan tradisional. Rumah adat ini menyimpan sejarah, budaya, dan nilai spiritual yang kuat. Saat berkunjung, ada banyak aktivitas seru dan edukatif yang bisa kamu lakukan untuk memperkaya pengalaman wisata. Berikut ini beberapa aktivitas menarik yang wajib dicoba.

rumah adat tongkongan suku toraja


1. Tur untuk Belajar Budaya dan Sejarah

Ikuti tur bersama pemandu lokal untuk mengenal lebih dalam tentang sejarah Tongkonan, filosofi arsitekturnya, dan makna simbolik dari ukiran-ukiran yang menghiasi dinding rumah. Kamu akan belajar bahwa setiap bagian rumah memiliki arti khusus dalam kehidupan suku Toraja.

2. Menyaksikan Upacara Adat

Jika berkunjung saat musim upacara, kamu bisa menyaksikan Rambu Solo atau upacara kematian dan Rambu Tuka yaitu upacara syukuran. Acara ini menampilkan tarian adat, prosesi kerbau, musik bambu, dan ritual adat yang unik dan sarat makna spiritual. Namun upacara ini hanya dilakukan di waktu tertentu saja.

3. Berfoto dengan Pakaian Adat Toraja

Beberapa lokasi menyediakan pakaian adat Toraja untuk disewa. Kamu bisa berfoto di depan rumah Tongkonan sambil mengenakan busana tradisional, cocok untuk konten media sosial atau kenang-kenangan pribadi.

4. Mencicipi Kuliner Khas Toraja

Jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba makanan tradisional seperti pa’piong yaitu masakan bambu, deppa tori yaitu kue khas, dan kopi Toraja yang terkenal. Pengalaman kuliner ini akan melengkapi perjalanan budaya kamu selama berkeliling di Sulawesi.

5. Mengikuti Workshop Kerajinan Tradisional

Beberapa desa wisata di Toraja menyediakan workshop membuat ukiran kayu, anyaman bambu, atau aksesoris tradisional. Aktivitas ini cocok untuk semua usia dan bisa jadi oleh-oleh buatan sendiri.

6. Menginap di Tongkonan yang Telah Disulap Jadi Homestay

Beberapa rumah Tongkonan telah dimodifikasi menjadi penginapan tradisional. Menginap ataulive in bareng masyarakat setempat akan memberi kamu pengalaman secara langsung merasakan hidup ala masyarakat Toraja. Seru bangetkan?

Ternyata di sebelah rumah Tongkongan Toraja ini juga ada tanaman mini yang banyak dengan bunga-bunganya. Pengunjung bisa befoto di taman bunga ini.

rumah tongkongan suku toraja


Dengan segala keunikan dan kekayaan budayanya, berkunjung ke rumah adat Tongkonan adalah pengalaman yang tak hanya menyenangkan, tapi juga memperkaya wawasan budaya Indonesia.

My thought

Rumah adat Tongkonan adalah simbol budaya dan sejarah yang tak ternilai bagi masyarakat Toraja dan Indonesia pada umumnya. Keunikan arsitektur, nilai-nilai filosofis, serta peran sosialnya menjadikan Tongkonan bukan hanya sekadar rumah, tetapi juga warisan budaya yang patut dilestarikan.

Dengan harga tiket yang terjangkau dan akses yang semakin mudah, rumah adat Tongkonan menjadi destinasi menarik untuk wisata budaya di Sulawesi Selatan. Mengunjungi Tongkonan bukan hanya perjalanan wisata biasa, melainkan juga kesempatan untuk memahami kedalaman budaya dan tradisi yang hidup di tengah masyarakat Toraja.

Ada yang pernah berkunjung ke Rumah Adat Tongkonan Toraja di Sulawesi? Boleh sharing pengalamannya di kolom komentar.

Tertarik pada seni dan sejarah di belahan benua Eropa? Di sana ada salah satu destinasi sejarah untuk menyusuri jejak Vincent van Gogh. Anda bisa mempertimbangkan strategi keuangan, seperti Obligasi ORI untuk persiapkan tour wisata lebih baik. 

Menelusuri sejara Van Gogh setiap museum, galeri, maupun lokasi bersejarah menyimpan kisah yang memikat dan menginspirasi. Berikut beberapa pilihan destinasi wisata Van Gogh dan menikmati keindahan seni dengan cara yang informatif namun tetap menyenangkan!

destinasi wisata van gogh
Sumber Gambar: https://unsplash.com/photos/person-taking-picture-of-man-wearing-brown-hat-painting-f5MWSw11jjo


Destinasi Wisata untuk Mengenal Seniman Van Gogh

Jika Anda ingin merasakan perjalanan seni yang sarat cerita, mengenal Van Gogh bisa menjadi pengalaman tak terlupakan. Berikut beberapa pilihan destinasi yang wajib di dalam daftar liburan Anda!

1. Van Gogh Museum

Van Gogh Museum menyimpan koleksi paling lengkap mulai dari lukisan, gambar, hingga surat pribadinya. Anda bisa mengikuti perkembangan gaya seni Van Gogh dari awal karier hingga karya-karya ikonik seperti Sunflower dan The Potato Eaters. 

Pameran surat-suratnya juga memberi wawasan mendalam tentang sisi personal sang seniman. Dengan persiapan finansial yang matang, misalnya melalui investasi Obligasi ORI, kunjungan Anda bisa lebih nyaman dan tanpa khawatir soal budget.

2. Kröller-Müller Museum

Kröller-Müller Museum menjadi rumah kedua bagi karya Van Gogh dengan galeri yang didedikasikan khusus padanya. Anda bisa merasakan kedekatan emosional dengan sang seniman melalui lukisan-lukisan yang dipajang secara tematis. 

Setiap karya membawa pengunjung memahami perjalanan hidup dan emosi Van Gogh. Museum ini cocok bagi Anda yang ingin memahami seni Van Gogh lebih mendalam.

3. Auvers-sur-Oise

Auvers-sur-Oise adalah desa menawan dekat Paris yang penuh sejarah seni. Anda bisa mengikuti “Jalan Pelukis”, melihat ladang gandum dan gereja yang menjadi inspirasi Van Gogh, serta menziarahi makamnya dan saudaranya. 

Maison-Atelier Daubigny menghadirkan pengalaman artistik autentik dari era Impresionis. Persiapan finansial lewat investasi Obligasi ORI membantu Anda menikmati desa ini lebih santai, tanpa khawatir soal pengeluaran perjalanan.

4. Saint-Rémy-de-Provence

Saint-Rémy-de-Provence menawarkan lanskap Alpilles yang indah serta warisan seni dan budaya yang kaya. Anda bisa mengikuti “rute Van Gogh” untuk melihat pemandangan yang menginspirasi karya terkenalnya seperti The Starry Night. 

Kota ini juga memiliki tur anggur, galeri seni, dan suasana Provençal yang autentik. Aktivitas luar ruangan seperti bersepeda atau mendaki menambah pengalaman menyenangkan bagi pengunjung.

5. Arles

Arles adalah kota penting dalam karier Van Gogh dan tempat ia menciptakan karya-karya ikonik seperti Sunflowers dan The Bedroom. Di kota ini Anda bisa melihat lanskap dan bangunan yang menjadi inspirasi lukisannya. 

Amfiteater dan lokasi bersejarah lainnya memberikan pengalaman visual yang memikat dan mendalam. Kota ini juga memiliki suasana Mediterania yang khas, lengkap dengan kafe, toko, dan jalan-jalan bersejarah. 

Menikmati Arles bisa lebih santai jika Anda sudah menyiapkan dana perjalanan dengan matang. Menyiapkan dana perjalanan lewat investasi Obligasi ORI bisa membuat kunjungan ke Arles lebih nyaman dan hemat.

6. Musée d'Orsay

Musée d'Orsay, bekas stasiun kereta api yang kini museum, memadukan arsitektur memukau dan koleksi seni kelas dunia. Museum ini menyimpan karya Impresionis dan Pasca-Impresionis termasuk Van Gogh, Monet, dan Gauguin. 

Selain lukisan, terdapat patung, fotografi, dan seni dekoratif yang menawan. Setiap lantai menawarkan pengalaman visual dan edukatif yang tak terlupakan.

7. National Gallery

National Gallery menampilkan karya-karya berharga Van Gogh seperti Bunga Matahari, The Bedroom, dan The Yellow House. Pameran disusun untuk memperlihatkan perkembangan gaya dan pemikiran Van Gogh dari waktu ke waktu. 

Kunjungan ini memungkinkan Anda menikmati perjalanan kreatif sang maestro secara utuh. Dengan perencanaan keuangan yang baik, misalnya lewat investasi Obligasi ORI, kunjungan bisa lebih aman dan nyaman.

8. MoMA

Museum yang menampung The Starry Night ini menonjolkan ekspresi emosi melalui warna dan kuas dramatis. Museum ini menampilkan berbagai karya seni modern yang menunjukkan pengaruh Van Gogh terhadap seniman generasi berikutnya. 

Pameran tematik memberikan perspektif baru terhadap karya sang maestro. Setiap sudut MoMA memberikan pengalaman visual yang kaya dan mendalam.

9. Carrières de Lumières

Carrières de Lumières menghadirkan pengalaman imersif dengan memproyeksikan karya Van Gogh pada dinding tambang yang luas. Anda dapat “terhanyut” dalam warna, gerakan, dan musik yang menampilkan perjalanan artistiknya. 

Jalur pameran mengikuti fase kehidupan Van Gogh, dari awal hingga karya terkenal seperti Sunflowers dan Starry Night. Suasana bawah tanah dan aroma khas tambang menambah sensasi multisensori yang unik. 

Pameran ini juga menekankan detail warna dan sapuan kuas impasto Van Gogh dengan sangat jelas. Dengan menyiapkan dana liburan melalui investasi Obligasi ORI, pengalaman imersif ini bisa dinikmati lebih santai tanpa khawatir soal budget.

Liburan Nyaman dan Aman dengan Van Gogh & Obligasi DBS Treasures

Menelusuri jejak Van Gogh bisa menjadi pengalaman liburan yang seru sekaligus penuh inspirasi. Dengan persiapan finansial yang tepat, misalnya melalui Obligasi ORI, perjalanan Anda bisa lebih nyaman dan aman tanpa khawatir soal budget. 

Untuk memastikan semua rencana tersebut dapat dinikmati, investasi melalui Obligasi ORI bisa menjadi solusi cerdas. 

perbankan prioritas DBS Treasures menawarkan produk Obligasi dengan kupon rutin, potensi capital gain, serta transaksi fleksibel 24/7 langsung dari Aplikasi DBS digibank. 

Tak hanya mudah, proses beli, jual, switching hingga registrasi SID (Single Investor Identification) pun bisa dilakukan secara digital tanpa ribet. Anda juga dapat mengakses berbagai Reksadana dari Manajer Investasi ternama yang dikategorikan berdasarkan jenis produk. 

Lebih dari itu, Anda akan mendapatkan insight pasar yang sudah dikurasi oleh tim ahli, lengkap dengan dukungan teknologi AI/ML (Artificial Intelligence/Machine Learning) untuk analisis yang lebih personal dan akurat. Rekomendasi tersebut disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda.

Anda pun dibekali solusi menyeluruh, mulai dari pertumbuhan dana (Grow) hingga perlindungan (Protect), sesuai prioritas finansial Anda. Klik di sini untuk mulai investasi Obligasi dengan cerdas bersama perbankan prioritas DBS Treasures!

Taman Arkeologi Leang-Leang di Maros, Sulawesi Selatan, adalah salah satu situs prasejarah paling penting di Indonesia. Terletak di tengah kawasan karst yang megah, taman ini menyimpan jejak kehidupan manusia purba berupa lukisan dinding, cap tangan, dan artefak batu berusia ribuan tahun. Keindahan alamnya berpadu dengan nilai sejarah yang mendalam, menjadikan Leang-Leang destinasi wisata edukatif yang memukau sekaligus sarat makna budaya.

Salah satu tempat bersejarah di taman arkeolog Leang-leang ini adalah Leang Pettakere atau Gua Pettakere yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Sulawesi.

leang pettakere makassar


Sejarah Leang Pettakere

Gua Pettakere adalah salah satu situs prasejarah yang terletak di kawasan Taman Arkeologi Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Taman Arkeologi atau Prasejarah Leang‑Leang sekarang juga resmi menjadi pusat informasi lukisan prasejarah.

Leang Pettakere sendiri berada di dalam wilayah bentang alam karst Maros-Pangkep, salah satu gugusan batu kapur tertua di dunia. Keberadaan gua ini menjadi bukti penting bahwa Sulawesi sudah dihuni manusia purba sejak ribuan tahun silam. Saat ini Leang Pette Ker dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros.

Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Gua Petta Kere telah dihuni oleh manusia sekitar 8.000 hingga 3.000 SM. Penghuni gua tersebut adalah kelompok pemburu dan peramu yang hidup secara nomaden. Di dalam gua ditemukan berbagai artefak, seperti alat serpih batu, sisa makanan berupa kerang, serta tulang-tulang binatang yang menunjukkan aktivitas kehidupan sehari-hari.

leang petta kere maros pangkep


Salah satu ciri paling ikonik dari Leang Pettakere adalah keberadaan lukisan dinding gua, terutama cap tangan berwarna merah. Lukisan ini dibuat dengan teknik semprot menggunakan pigmen alami. Selain itu, terdapat juga lukisan babi rusa yang diyakini memiliki nilai simbolik atau religius. Pola dan teknik ini serupa dengan gua-gua prasejarah lainnya di Leang-Leang.

Lukisan cap tangan di Leang Pettakere dianggap sebagai bentuk awal ekspresi budaya manusia di wilayah Nusantara. Beberapa cap tangan bahkan memperlihatkan jumlah jari yang tidak lengkap, yang oleh sebagian peneliti diasosiasikan dengan praktik ritual, seperti potong jari sebagai tanda duka atau persembahan spiritual.

Gua ini pertama kali diteliti oleh arkeolog Belanda, H.R. van Heekeren dan Heeren Palm, pada tahun 1950-an. Sejak itu, berbagai penelitian lanjutan terus dilakukan oleh tim arkeologi Indonesia dan dunia, yang memperkuat posisi Maros sebagai situs arkeologi penting di Asia Tenggara.

Secara historis, Leang Pettakere bukan hanya peninggalan masa lalu, tetapi juga cermin bagaimana manusia purba di Sulawesi telah mengenal seni, simbolisme, dan kehidupan spiritual. Nilai sejarah dan budaya ini menjadikan Leang Pettakere sebagai situs warisan yang sangat penting untuk dilestarikan.

Akses dan Lokasi Leang Pettakere

Secara administratif, Leang Pettakere beralamat di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Leang Pettakere berada kira‑kira 300 meter dalam kawasan Leang‑Leang. 

Akses dari Makassar memerlukan waktu sekitar 1 jam hingga 1,5 jam melalui jalan poros Maros‑Bantimurung dan jalan lingkungan menuju kawasan Leang‑Leang. Untuk mencapai mulut gua ini, pengunjung harus menaiki sekitar 64 anak tangga.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk

Jam operasional Taman Prasejarah Leang‑Leang, yang mencakup Gua Petta Kere adalah pukul 08.00 hingga 16.00 WITA setiap hari. Dan harga tiket masuk untuk umum orang dewasa Rp 15.000 per orang untuk pengunjung dewasa lokal dan untuk pelajar atau siswa Rp 10.000 per orang. Dan jika ingin masuk ke gua, wajib menggunakan guide dengan harga tertentu.

Kegiatan Menarik di Leang Pettakere

Ini dia beberapa atraksi dan kegiatan menarik di Gua Petta Kere dan sekitarnya adalah:

1. Melihat Lukisan dan Cap Tangan Purba

Dinding gua dihiasi gambar telapak tangan yang jumlahnya sekitar 27 di Petta Kere, dan juga ada gambar babi rusa. Lukisan‑lukisan ini menggunakan pigmen alami, warna merah dominan, dan terdapat juga artefak seperti alat serpih, mata panah.

leang petta kere maros pangkeb makassar
Sumber: https://leangleangdesa.maroskab.go.id/


2. Berfoto di Anak Tangga

Mendaki anak tangga yang jumlahnya sekitar 64 buah anak tangga, untuk mencapai mulut gua adalah bagian dari perjalanan. Ada jalur besi dan tangga bantu agar pengunjung bisa naik dengan relatif aman. Medannya menanjak, terutama mendekati gua. Berfoto di tempat ini menjadi salah satu hal wajib saat berkunjung ke gua ini.

3. Spot Panorama Alam Karst

Sejak dari jalan masuk, pengunjung akan lewat pemandangan tebing kapur (karst), formasi batu hitam unik, sungai kecil, hutan di sekitarnya, semacam perpaduan antara alam dan sejarah. Cocok untuk foto, relaksasi alam, melihat suasana senja atau pagi hari. 

4. Edukasi dan Interpretasi Sejarah

Taman Arkeologi Leang‑Leang menyediakan fasilitas seperti ruang informasi, petunjuk literatur, guide atau pemandu wisata yang menjelaskan tentang lukisan, artefak, masa kehidupan prasejarah, kepercayaan, ritual seperti cap tangan. 

5. Fasilitas Umum dan Kenyamanan Pengunjung

Toilet, jalur setapak, gazebo atau shelter untuk istirahat, area parkir, warung di luar area gua. Fasilitas ramah disabilitas juga mulai dikembangkan, termasuk jalur khusus dan narasi audio untuk pengunjung tuna netra di beberapa bagian.

Pengalaman Seru Mengunjungi Gua Leang Pettakere

Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel sebelumnya yaitu membahas tentang Karst Rammang-rammang, bahwa saya pertama kali mengunjungi Makassar adalah tahun 2013 yaitu bersama teman-teman dari Jakarta. Selama bekeliling di Makassar, kami menyewa mobil elf. Termasuk mengunjungi Leang Petta Kere yang menjadi salah satu wisata sejarah di Makassar.

Lokasinya yang berada di dalam kawasan Karst Rammang-rammang membuat perjalanan lebih menghemat waktu. Karena selesai mengelilingi Karst Rammang-rammang, kami bisa langsung mengunjungi gua ini.

Jaraknya juga tidak begitu jauh dari bebatuan karst. Saat itu staff di kawasan ini, menawarkan untuk melihat gua yang sering dijadikan penelitian para arkeolog ini. Saat itu kami membayar biaya masuk seikhlasnya untuk guide atau pemandu wisata yang membantu menjelaskan sejarah gua ini.

gua pettakere sulawesi


Dari deretan karst cantik, kami akan berjalan sedikit masuk ke dalam hutan terbuka dan terang. Setelah itu kami harus menaiki anak tangga yang terbuat dari besi kokoh kurang lebih berjumlah 64 anak tangga untuk bisa sampai di mulut gua Leang Petta Kere. Karena anak tangganya tidak begitu lebar, jadi harus hati-hati. Bentuk tangga ini lumayan menanjak, terutama saat mendekati gua, cukup melelahkan karena di luar juga cuaca sangat panas.

Saat masuk ke dalam gua, pengunjung akan langsung disuguhkan cap-cap tangan berwarna merah yang menempel di dinding batu. Rasanya seperti melihat pesan diam dari sejarah yang sudah ada ribuan tahun lalu, seperti tersambung langsung ke masa prasejarah, ditambah cerita sang guide yang sangat detail, terasa masuk ke dalam alur ceritanya.

gua petta kere makassar


Di dalam gua ini, ada juga 2 gambar babi rusa, juga terdapat lukisan dinding prasejarah yang terdiri dari 27 gambar telapak tangan. Ada 17 gambar telapak tangan yang masih utuh. Menurut perkiraan sejarah, gambar tangan ini adalah gambar tangan perempuan dan ukurannya tidak terlalu besar. Menurut sejarah gambar-gambar ini dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan. Usia gambar tersebut diperkirakan lebih dari 5.000 tahun silam. 

Semua gambar tangan tersebut berwarna merah. Konon katanya, lukisan-lukisan itu dibuat oleh manusia purba yang hidup ribuan tahun silam. Dan kenapa warnanya merah, karena lukisan-lukisan ini menggunakan pigmen alami atau pewarna alami dengan dan teknik semprot dari bahan-bahan seperti oker, yang dapat meresap ke dalam pori-pori batu.

petta kere


Guide atau pemandu wisata juga menjelaskan di dalam gua ini juga terdapat artefak batu berupa serpih bilah alat batu dan mata panah. Saya juga melihat lukisan babi rusa dan beberapa artefak yang dipamerkan di dekat area gua. Ada juga sampah dapur berupa kulit kerang dan keong. Alat-alat ini menjadi bukti adanya kehidupan di masa lalu di dalam gua ini. Hawa udara di dalam gua ini cukup dingin meskipun di luar sangat panas.

Guidenya juga menceritakan bahwa dulu pernah dilakukan penelitian pertama kalinya, sekitar tahun 1950-an. Yaitu oleh seorang arkeolog asal Belanda yang bernama H.R. van Heekeren dan Heeren Palm. Kemudian penelitian juga berlanjut oleh arkeolog Indonesia dan Asutralia yang menemukan beberapa lukisan di gua-gua sekitarnya, seperti di Leang Timpuseng. Lukisan-lukisan ini diperkirakan memiliki usia lebih dari 40.000 tahun, menjadikannya salah satu lukisan gua tertua di dunia.

leang petta kere situs arkeolog


Dan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh arkeolog Indonesia dan dunia, maka setelah tahun 1970-an, menjadikan kawasan Leang-Leang yang juga termasuk Gua Petta Kere ini, sebagai situs arkeologi penting di Asia Tenggara yang harus dilestarikan.

Mengunjungi Leang Petta Kere, membuat saya dan teman-teman belajar banyak soal sejarah zaman dahulu, khususnya tentang sejarah kehidupan di masa lalu. Akhirnya setelah kami puas berfoto dan mendengarkan sejarah tentang gua ini dari guide, kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata lainnya.

hutan leang petta kere


Seperti di Cagar Budaya Bori Paring, di sinipun tidak banyak foto yang saya ambil saat itu. Namun mengunjungi Leang Petta Kere di kawasan Taman Arkeologi Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan, adalah pengalaman yang tak terlupakan dan pastinya menambah wawasan saya. Mengunjungi Leang Petta Kere bukan hanya sekedar jalan-jalan, tapi juga belajar menghargai warisan budaya manusia. Tempat ini adalah bukti nyata bahwa seni dan simbolisme sudah hidup sejak zaman purba.

Bangga banget jadi warga Indonesia, kita lahir di negara yang sangat kaya akan banyak hal, termasuk kekayaan budaya dan sejarahnya yang melimpah. Mari kita lestarikan budaya dan sejarah ini, dengan tidak merusaknya.

Itu dia pengalaman saya mengunjungi Gua Leang Petta Kere di kawasan Karst Maros-Pangkep. Buat kamu yang berkunjung ke sana, plase untuk tidak merusaknya dengan cara apapun. Ada yang pernah mengunjungi situs budaya ini? Boleh banget untuk sharing di kolom komentar.

Menyaksikan sunrise di Penanjakan, Taman Nasional Gunung Bromo, adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi para pencinta alam. Dari ketinggian sekitar 2.700 meter, Anda dapat menikmati panorama matahari terbit yang memukau, memancarkan warna keemasan dan jingga yang menyelimuti lautan pasir dan Gunung Bromo. Suasana pagi yang sejuk dan tenang menambah kesempurnaan momen indah ini, memberikan ketenangan dan keindahan alami yang luar biasa.

Mau tahu pengalaman saya menikmati matahari terbit di Penanjakan taman Nasional Gunung Bromo? Keep reading.

view penanjakan bromo


Pengalaman Seru Menikmati Sunrise di Pananjakan Bromo

Mengunjungi Taman Nasional Gunung Bromo adalah pengalaman yang tidak terlupakan, terutama bagi pencinta alam dan petualangan seperti saya. Saya pertama kali mengunjungi taman nasional ini pada tahun 2011 bersama teman-teman backpacker Indonesia.

Kami janjian sebanyak 20 orang untuk melakukan traveling bareng ke wilayah Jawa Timur dan salah satunya adalah mengunjungi Gunung Bromo. Dan salah satu aktivitas seru yang bisa kita lakukan saat ke Taman Nasional Gunung Bromo adalah menikmati matahari terbit di Penanjakan.

Dari Jakarta, saya bersama teman-teman menggunakan transportasi umum kereta api yang saat itu masih belum sebagus sekarang fasilitasnya. Jujur ini adalah pengalaman seru saya menggunakan kereta api jarak jauh. Penumpang saat itu masih banyak yang tidur di kolong kursi. Perjalanan memakan waktu kalau tidak salah sekitar 18 jam dari Jakarta menuju stasiun Malang. Sangat melelahkan tetapi sangat menyenangkan.

rute pananjakan bromo


Dari stasiun Malang ini, kami juga masih harus melanjutkan beberapa jam lagi perjalanan untuk menuju kaki kaki Gunung Bromo, tepatnya Desa Cemoro Lawang sebagai desa terdekat menuju ke kawasan wisata di Taman Nasional Gunung Bromo, termasuk ke Penanjakan. Selama di sana kami menyewa mobil sejenis elf yang muat belasan penumpang. Mobil dan penginapan sudah kami booking jauh-jauh hari.

Kami tiba di penginapan kaki Gunung Bromo malam hari sekitar pukul 11 malam dan udara sedang begitu dingin-dinginnya. Kami bersiap istirahat karena jam 2 malam kami berencana untuk langsung trekking ke Penanjakan  Bromo yaitu spot terbaik di Taman Nasional Gunung Bromo untuk melihat matahari terbit. 

Udaranya sangat dingin sampai menusuk tulang. Saya yang membawa jaket hangat pun tetap merasa kedinginan sampai akhirnya saya dan teman-teman menyewa jaket di sekitar penginapan. Saat itu penginapan yang tersedia belum sebagus dan selengkap sekarang fasilitasnya. Kami menginap di homestay milik warga.

Jam 2 dini hari setelah tidur kurang lebih 2 jam, kami langsung bersiap menuju ke mount Penanjakan untuk melihat matahari terbit. Konon katanya Pananjakan 1 Bromo adalah tempat terbaik untuk menikmati matahari terbit. Jalan menuju Penanjakan, saat itu masih berupa tanah berpasir dan juga berbatu. Untungnya saat kami berkunjung adalah musim kemarau jadi tanahnya cukup kering.

Perjalanan ke Pananjakan Bromo dimulai dini hari dan masih gelap dengan suhu yang dingin menusuk. Banyak wisatawan yang memutuskan untuk bermalam di desa Cemoro Lawang agar lebih mudah menuju Penanjakan 1, termasuk kami. Setelah melakukan trekking santai sekitar 2-3 jam, kami akhirnya tiba di Penanjakan. Suasana sudah cukup ramai dengan wisatawan lainnya yang sedang menunggu matahari terbit.

pananjakan bromo taman nasional gunung bromo


Saat sunrise tiba, langit yang bergradasi warna jingga, merah, dan kuning menciptakan panorama luar biasa yang sering menjadi latar foto ikonik. Salah satu momen paling ikonik bagi wisatawan saat berkunjung ke Taman Nasional Gunung Bromo adalah menyaksikan matahari terbit di gunung Penanjakan ini, sebuah bukit yang berada di ketinggian sekitar 2.770 meter.

Saat matahari terbit saya bersama teman-teman mengambil beberapa foto. Sayangnya karena di beberapa spot terbaiknya kami harus gantian dengan wisatawan lain, kami jadinya harus buru-buru mengambil foto. Dan karena waktu itu juga cukup ramai jadinya beberapa spot sudah pada penuh, akhirnya kami tidak begitu punya banyak kesempatan mengambil momen indah ini. Lebih banyak menikmati suasananya dan menikmati pemandangan indah itu.

view pananjakan bromo


Setelah matahari muncul sempurna, akhirnya kami memutuskan untuk segera turun, karena kami masih mempunyai banyak itinerary yang harus kami jalankan dan melanjutkan ke beberapa objek wisata lainnya di Taman Nasional Gunung Bromo.

Salah satunya adalah mengunjungi Puncak dan Kawah Gunung Bromo. Wisatawan dapat turun ke lautan pasir yang sangat luas dan berjalan kaki atau naik kuda menuju puncak dan kawah Gunung Bromo ini. Meski pendakian ke kawah cukup menantang karena medan berpasir, sensasi melihat asap belerang yang mengepul langsung dari dalam kawah sangat memuaskan. Untuk detailnya saya tulis di artikel lain.

Tips Menyaksikan Matahari Terbit di  Pananjakan Bromo

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum mengunjungi Gunung Bromo. Mengingat tempat wisata ini harus melakukan trekking, memiliki cuaca dingin dan harus berangkat menjelang dini hari untuk dapat menikmati keindahannya.

1. Datang Lebih Awal

Untuk mendapatkan tempat terbaik menikmati matahari terbit, usahakan tiba di Pananjakan Bromo sebelum pukul 4 pagi. Ini juga menghindari keramaian.

2. Kenakan Pakaian Hangat

Persiapkan pakaian hangat. Suhu di Pananjakan Bromo bisa sangat dingin, terutama saat pagi hari. Bawa jaket tebal, sarung tangan, dan penutup kepala agar tetap hangat. 

3. Gunakan Kendaraan yang Sesuai

Jika naik motor atau mobil pribadi, pastikan kendaraan dalam kondisi prima dan mampu melewati medan berbatu dan berpasir. Alternatifnya, sewa jeep yang biasa disediakan untuk wisatawan untuk menuju desa terdekat ke Penanjakan.

4. Bawa Perlengkapan Foto

Siapkan alat dokumentasi. Pemandangan di Penanjakan Taman Nasional Gunung Bromo sangat instagramable, jadi jangan lupa abadikan momen indahnya. Carilah spot terbaik untuk mendapatkan hasil dokumentasi foto atau video terbaik. Pastikan membawa kamera atau smartphone dengan baterai penuh untuk mengabadikan momen matahari terbit. Dan power bank juga sangat penting sebagai cadangan daya buat kamu yang hanya membawa smartphone.

5. Siapkan Fisik yang Fit

Perjalanan menuju Pananjakan Bromo memerlukan tenaga ekstra. Pastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan cukup istirahat sebelum berangkat.

6. Gunakan alas kaki yang nyaman.

Medan sedikit berbatu dan berpasir sehingga memerlukan alas kaki yang cocok dan nyaman, agar trekking menuju Pananjakan Bromo tetap nyaman dan aman.

7. Bawa masker dan kacamata.

Jalur menuju Penanjakan cukup berdebu, membawa masker dan kacamata dan mencegah terkena paparan debu dan juga dingin secara langsung terisap.

8. Perhatikan keselamatan.

Ikuti jalur yang sudah ditentukan, berjalan dengan santai, tidak perlu terburu-buru.

9. Bawa camilan

Membawa camilan dan air mineral bisa membantu menjaga stamina dan juga membantu menghangatkan tubuh selama perjalanan atau selama menikmati sunrise di Penanjakan. Kamu bisa menikmati camilan ini sembari menyaksikan matahari terbit, indah sekali dan menyenangkan.

10. Jaga lingkungan

Patuhi aturan tentang lingkungan dan tetap menjaga kebersihan. Jangan merusak alam sekitar, termasuk jangan membuang sampah bekas camilan atau minuman sembarangan.

Itu dia beberapa tips yang wajib kamu perhatikan sebelum menyaksikan matahari terbit di Pananjakan Bromo.

My thought

Menikmati sunrise di Penanjakan, Taman Nasional Gunung Bromo, adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa saja yang mencintai keindahan alam, termasuk saya. Saat pertama kali matahari muncul di balik pegunungan, golden sunrise-nya menyinari lautan pasir dan Gunung Bromo. Warna warna keemasannya sangat memukau, lelahnya perjalanan terbayarkan sudah rasanya.

Pananjakan Bromo bukan sekadar destinasi wisata, melainkan sebuah tempat di mana Anda dapat merasakan kedamaian dan kekaguman yang mendalam terhadap keajaiban alam. Udara dingin yang menyegarkan, pemandangan yang menakjubkan, dan suasana pagi yang tenang menciptakan momen sempurna untuk menikmati keindahan alam.

Pengalaman ini juga mengajarkan pentingnya kesabaran dan persiapan. Datang lebih awal, membawa pakaian hangat, dan mempersiapkan segala kebutuhan akan membuat perjalanan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Tidak hanya cocok untuk fotografi, sunrise di Pananjakan Bromo juga menjadi tempat healing yang dapat mengisi ulang energi dan semangat.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Penanjakan di Taman Nasional Gunung Bromo, menyaksikan sunrise dari Pananjakan Bromo adalah hal wajib yang akan meninggalkan kenangan indah dan inspirasi mendalam. Sebuah hadiah alam yang mengingatkan kita akan keindahan dan kebesaran dunia ini. Ada yang pernah mengunjungi Pananjakan Bromo? Boleh sharing pengalamannya di kolom komentar.

Petani adalah tulang punggung kehidupan, menjaga keseimbangan alam lewat tangan yang terampil dan kerja keras tanpa henti. Salah satu tanaman bernilai tinggi yang mereka budidayakan adalah akar wangi, atau Vetiveria zizanioides. Tanaman ini bukan hanya sumber penghasilan, tetapi juga pahlawan lingkungan karena kemampuannya mencegah erosi dan menyerap polusi.

Di balik kesederhanaan hidup para petani, tersimpan peran besar dalam menjaga bumi melalui akar wangi yang tumbuh dari tanah subur Indonesia. Dan salah satu tempat terbaik di Indonesia untuk menanam akar wangi adalah di Garut, Jawa Barat. Tepatnya di Kecamatan Cilawu, Desa Sukamukti yang berada di bawah kaki Gunung Cikurai.

Penasaran bagaimana perjuangan para petani menanam akar wangi yang membantu mensejahterakan masyarakat desa ini? Keep reading.

ekonomi restoratif dan akar wangi



Petani Desa Sukamukti Berdikari Berkat Akar Wangi

Minggu lalu saya berkesempatan mengunjungi langsung para petani akar wangi di Desa Sukamukti, Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat, bersama teman-teman Ecobloggersquad. Ternyata akar wangi Garut menjadi satu dari tiga akar wangi terbaik di dunia bersama negara Haiti dan Bourboun. Kita patut bangga akan hal ini, karena secara tidak langsung akan mendorong perekonomian masyarakat setempat untuk lebih makmur dan sejatera, selama pengelolaannya dilakukan dengan baik dan terarah.

petani akar wangi desa sukamukti



Desa Sukamukti, yang terletak di daerah perbukitan dengan kemiringan lahan cukup curam, dulunya dikenal sebagai wilayah yang rentan erosi dan kekeringan. Namun kini, desa ini justru menjadi contoh sukses bagaimana tanaman akar wangi atau bahasa latinnya Vetiveria zizanioides mampu mengubah kehidupan petani secara ekonomi dan lingkungan.

Awalnya, akar wangi diperkenalkan sebagai solusi konservasi tanah. Tanaman ini memiliki akar kuat yang mampu menahan tanah agar tidak longsor dan menjaga kelembaban tanah. Melihat potensi ekologisnya, petani Desa Sukamukti mulai menanam akar wangi di sepanjang lahan pertanian dan pekarangan mereka. Tidak disangka, tanaman ini juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Akarnya dapat disuling menjadi minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, kosmetik, dan aromaterapi.

Akar wangi di Desa Sukamukti tumbuh dan berkembang mendorong kesejahteraan masyarakatnya berkat bantuan lembaga swadaya masyarakat. Di bawah pengelolaan Serikat Petani Pasundan (SPP). Dan berkat Gerakan Desa Maju Reforma Agraria (Damara) yang digagas Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) dengan SPP selama 25 tahun, para petani mulai membangun sebuah sistem baru untuk tata kelola lahan.

sp akar wangi desa sukamukti garut


Tata kelola ini membagi tanah yang ada di Desa Sukamukti secara adil ke masyarakat yang terlibat. Dan tidak hanya itu, KPA dan SPP juga mengatur agar lahan yang diolah tidak merusak lingkungan.

Para petani Desa Sukamukti dilatih untuk mengelola budidaya akar wangi secara profesional. Mereka juga diajarkan teknik penyulingan minyak secara mandiri, sehingga tidak lagi tergantung pada tengkulak. Penjualan minyak akar wangi langsung ke pembeli atau koperasi meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.

penulingan akar wangi



Kini, sebagian besar petani di Sukamukti telah merasakan dampak positif dari budidaya akar wangi. Mereka mampu menyekolahkan anak-anak, memperbaiki rumah, bahkan mengembangkan usaha kecil lainnya. Selain itu, keberadaan akar wangi juga memperbaiki kualitas lingkungan sekitar, mulai dari air tanah lebih terjaga, risiko longsor menurun, dan lahan menjadi lebih subur.

Kisah petani Desa Sukamukti membuktikan bahwa pertanian berkelanjutan bisa menjadi jalan menuju kesejahteraan. Akar wangi bukan hanya sekadar tanaman, tetapi juga simbol harapan dan perubahan nyata bagi masyarakat desa yang peduli pada alam dan masa depan.

Akar Wangi dan Ekonomi Restoratif

Akar wangi atau Vetiveria zizanioides merupakan tanaman berakar serabut dalam yang memiliki berbagai manfaat, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman ini mulai mendapat perhatian karena perannya yang signifikan dalam mendukung ekonomi restoratif, yaitu pendekatan ekonomi yang tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga pada pemulihan dan pelestarian ekosistem.

Salah satu aspek utama dari ekonomi restoratif adalah mengintegrasikan praktik usaha yang memperbaiki kerusakan lingkungan. Dalam konteks ini, akar wangi memiliki nilai strategis. Akarnya yang kuat dan tumbuh dalam menjadikan tanaman ini sangat efektif untuk mencegah erosi, menstabilkan tanah, dan menyerap logam berat dari limbah industri. Oleh karena itu, akar wangi sering digunakan dalam proyek konservasi lahan, reklamasi tambang, dan pemulihan kawasan kritis.

akar wangi cilawu



Selain manfaat ekologis, akar wangi juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat, khususnya petani di daerah dataran tinggi dan lereng perbukitan. Termasuk dalam hal ini adalah warga Desa Sukamukti, Kecamatan Cilawu, Garut.

Akar dari tanaman ini dapat disuling menjadi minyak atsiri bernilai tinggi, yang digunakan dalam industri parfum, kosmetik, dan aromaterapi. Produk olahan akar wangi ini memiliki pasar ekspor yang cukup luas, sehingga membuka peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat desa. Tidak hanya itu masyarakat Desa Sukamukti juga menafaatkan akar wangi menjadi sebuah kerajinan yang bernilai jual tinggi.

kerajinan akar wangi desa sukamukti



Inilah inti dari ekonomi restoratif, membangun sistem ekonomi yang seimbang antara kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan. Akar wangi di Desa Sukamukti menjadi salah satu contoh konkret bagaimana sektor pertanian bisa menjadi bagian dari solusi perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, sekaligus menjadi sumber penghidupan yang layak bagi petani. Dan ini sudah terbukti dengan membaiknya kehidupan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat di Desa Sukamukti.

Lebih jauh dari itu, industri akar wangi juga mendukung prinsip ekonomi sirkular. Limbah dari penyulingan minyak akar wangi dapat dimanfaatkan menjadi bahan pupuk organik atau briket ramah lingkungan. Dengan demikian, tidak ada bagian dari tanaman yang terbuang sia-sia.

Seharusnya penerapan ekonomi restoratif melalui budidaya akar wangi perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga konsumen. Kesadaran kolektif untuk memilih produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi kunci agar industri akar wangi terus berkembang.

Sayangnya untuk saat penerapan ekonomi restoratif di Desa Sukamukti masih diberdayakan oleh masyarakat setempat. Padahal dengan dengan pendekatan yang tepat, akar wangi tidak hanya menjadi komoditas pertanian bagi pemerintah setempat yang akan mendorong masyarakat di wilayahnya  semakin sejahtera, tetapi juga simbol transformasi menuju masa depan yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Blogger Sebagai Penyambung Suara Petani Akar Wangi 

Di balik wangi khas minyak akar wangi, tersimpan kisah perjuangan para petani Desa Sukamukti yang bekerja keras membudidayakan tanaman ini demi kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, kisah inspiratif ini tidak selalu mendapat sorotan luas. Di sinilah peran blogger menjadi sangat penting sebagai jembatan informasi antara masyarakat desa dan dunia luar.

Blogger memiliki kekuatan dalam menyebarkan cerita melalui tulisan, foto, maupun video yang mudah diakses oleh masyarakat luas. Dengan gaya bahasa yang ringan namun menyentuh, para blogger mampu mengangkat kisah para petani akar wangi dari Sukamukti ke panggung digital, mengubah cerita lokal menjadi inspirasi nasional, bahkan global.

Melalui blog, perjuangan petani dalam mengelola lahan terjal, menjaga lingkungan, hingga memproduksi minyak atsiri berkualitas dapat diceritakan dengan sudut pandang yang manusiawi. Blogger juga bisa mengedukasi pembacanya tentang pentingnya ekonomi restoratif, di mana kegiatan ekonomi tidak hanya untuk keuntungan semata, tetapi juga untuk memulihkan dan melestarikan alam.

Selain itu, blogger dapat menjadi penghubung antara petani, konsumen, dan pemangku kebijakan. Dengan menulis tentang potensi dan tantangan yang dihadapi petani, mereka dapat mendorong dukungan publik, promosi produk lokal, hingga lahirnya kebijakan yang lebih berpihak pada petani kecil.

Dengan peran yang strategis ini, blogger bukan sekadar pencatat cerita, tetapi juga agen perubahan sosial. Ketika para petani bekerja di ladang, para blogger bisa membantu menyuarakan jerih payah mereka ke dunia. Bersama, mereka menciptakan sinergi menuju masa depan yang lebih adil, hijau, dan berkelanjutan.

Lebih dari itu, kami yang berkunjung langsung kepada masyarakat setempat juga menjadi lebih teredukasi mengenak tanaman akar wangi, perjuangan masyarakat Desa Sukamukti dalam memperjuangkan tanah, sampai dengan perjuangan berbagai komunitas untuk mendorong mensehaterakan masyarakat Desa Sukamukti. Dan kegigihannya selama 25 tahun sudah membuahkan hasil, meskipun masih banyak yang harus diperbaiki untuk lebih baik.

tanaman lain di desa sukamukti



Sebgai informasi tambahan juga, Desa Sukamukti memiliki berbagai hasil tanaman selain akar wangi. Mulai dari bawang, pisang, cabai, tomat, sayuran, dan lainnya. Hal ini mempunyai potensi lebih besar lagi untuk dikembangkan ke depannya.

Mendorong ekonomi restoratif dapat dimulai dari langkah nyata seperti  memberdayakan para petani akar wangi di Desa Sukamukti. Dengan budidaya akar wangi, para petani tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan melalui konservasi tanah dan air, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka.

Dukungan terhadap mereka baik dalam bentuk pelatihan, akses pasar, maupun teknologi ramah lingkungan, akan menciptakan dampak ganda mulai dari ekonomi tumbuh, alam pulih. Petani Sukamukti telah membuktikan bahwa pertanian berkelanjutan bisa menjadi jalan keluar dari kemiskinan sekaligus krisis ekologi. Saatnya kita bersama mendorong ekonomi restoratif dari akar rumput.

Setiap jalur yang dilalui menuju puncak Gunung Semeru menyimpan pesona tersendiri. Tak heran jika banyak pendaki yang menyebut Semeru sebagai gunung dengan panorama terlengkap dan paling memikat di Indonesia. Mulai dari danau cantik Ranu Kumbolo, tanjakan legendaris yang menguji mental, sampai dengan padang bunga ungu Oro-Oro Ombo yang menakjubkan.

Oro-oro Ombo menjadi salah satu mahakarya alam yang tak pernah gagal memikat hati para pecinta petualangan. Lokasinya berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur yang merupakan bagian jalur menuju Gunung Semeru. Penasaran bagaimana pengalaman saya mengunjungi Oro-oro Ombo yang sangat indah? Keep reading.

oro-oro ombo di kaki gunung semeru


Mengenal Oro-oro Ombo, Taman Bunga Ungu Di Kaki Gunung Semeru

Oro-Oro Ombo merupakan salah satu taman bunga berwarna ungu yaitu bunga verbena brasiliensis yangberada di jalur pendakian Gunung Semeru. Dikenal karena memiliki padang savana indah yang luas dan lautan bunga ungu yang memesona. Namun di balik keindahannya, tempat ini menyimpan sejarah dan perubahan ekosistem yang menarik untuk ditelusuri.

Secara etimologis, Oro-Oro dalam bahasa Jawa memiliki arti padang rumput atau lapangan terbuka, sementara Ombo berarti luas. Jadi artinya secara harfiah adalah padang rumput yang luas. Nama ini sangat menggambarkan kondisi geografis kawasan indah ini, yaitu berupa hamparan sabana terbuka di ketinggian sekitar 2.500 meter di atas permukaan laut.

Juga membentang luas di antara Ranu Kumbolo dan Kalimati. Dahulu, Oro-Oro Ombo merupakan kawasan terbuka yang didominasi oleh vegetasi alami pegunungan seperti rumput alpine dan semak khas dataran tinggi tropis.

Namun mulai awal tahun 2000-an, perubahan mulai muncul ketika bunga verbena brasiliensis yaitu sebuah spesies tanaman invasif asal Amerika Selatan, mulai tumbuh subur di kawasan ini. Bunga ini diduga masuk ke wilayah Oro-oro Ombo secara tidak sengaja, terbawa oleh pendaki atau hewan. Karena daya adaptasinya yang tinggi, verbena dengan cepat menyebar dan mendominasi padang rumput, menggusur flora asli.

oro-oro ombo taman lavender di semeru


Fenomena inilah yang menjadikan Oro-oro Ombo viral di kalangan pendaki, karena bunga ungunya menciptakan pemandangan yang menakjubkan, mirip ladang lavender. Namun di sisi lain, kondisi ini memicu kekhawatiran dari pihak konservasi karena mengancam keseimbangan ekosistem lokal.

Saat ini, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terus berupaya mengendalikan populasi verbena, sambil tetap menjaga keindahan alami Oro-oro Ombo, agar kawasan ini tetap lestari untuk generasi mendatang.

taman bunga oro-oro ombo

Waktu Terbaik untuk Berkunjung

Waktu terbaik untuk dapat menikmati mekarnya bunga-bunga ungu di Oro-Oro Ombo adalah pada musim kemarau, yaitu antara Mei hingga September. Karena pada musim ini:

  • Jalur pendakian lebih kering sehingga sangat aman untuk pendakian.
  • Bunga verbena bermekaran indah, memenuhi padang savana dengan warna ungu keunguan yang mencolok.
  • Cuaca cenderung cerah, memudahkan untuk menikmati panorama dan mengambil foto terbaik.
  • Hindari berkunjung pada musim hujan, karena jalur menuju tempat ini biasanya sangat licin dan berbahaya. Selain itu, keindahan Oro-Oro Ombo akan berkurang karena bunga tidak bermekaran sempurna.

Aktivitas Seru di Oro-Oro Ombo di Kaki Gunung Semeru

Ada beberapa aktiviats seru yang bisa kamu lakukan saat mengunjungi Oro-oro Ombo di kaki Gunung Semeru.

1. Menikmati Lautan Bunga Verbena

Inilah daya tarik utama Oro-Oro Ombo. Bunga verbena yang tumbuh liar membentuk lautan ungu yang kontras dengan lanskap savana dan pegunungan. Spot ini menjadi favorit para fotografer dan pendaki untuk beristirahat sejenak sambil mengagumi keindahan alam.

2. Camping dan Menyatu dengan Alam

Banyak pendaki memilih bermalam di area sekitar Ranu Kumbolo atau Oro-Oro Ombo. Dengan pemandangan langit malam yang jernih dan suara alam yang menenangkan, camping di sini akan menjadi pengalaman tak terlupakan.

3. Hiking Lanjut ke Kalimati dan Mahameru

Bagi yang berniat mencapai puncak Mahameru, Oro-Oro Ombo hanyalah persinggahan. Namun bagi sebagian pendaki, tempat ini sudah cukup untuk melepas penat dan menikmati petualangan.

oro-oro Ombo


4. Fotografi Alam dan Makro Bunga

Memiliki lanskap yang unik dan menakjubkan, Oro-Oro Ombo adalah surga bagi pencinta fotografi. Momen sunrise atau golden hour di padang bunga ini sangat memukau. Kamu dapat mengambil berbagai foto alam yang membentang luas berupa lapangan ungu bunga verbena brasiliensis. Kamu juga bisa mengambil beberapa foto makro bunga verbena brasiliensis ini.

5. Kemping

Buat kamu yang ingin puas menikmati Oro-oro Ombo, kamu daat berkemah di sekitarnya, seperti di Danau Ranu Kumbolo. Di sinilah tempat kemping resmi dan paling umum dilakukan oleh para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan ke Oro-Oro Ombo atau puncak Mahameru. 

Itu dia beberapa aktivitas seru yang bisa kamu lakukan selama bermain ke Oro-oro Ombo di kaki Gunung Semeru.

Pengalaman Berkunjung Ke Oro-Oro Ombo di Kaki Gunung Semeru

Saya berkunjung ke Oro-oro Ombo pertama kalinya tahun 2013 bersama teman-teman. Kami tujuannya adalah mendaki Gunung Semeru dan berkunjung di musim kemarau yaitu sekitar bulan Mei. Pada saat berkunjung, rumput sepanjang jalur menuju Oro-oro Ombo sedang berwarna kuning kecoklatan. Sangat cantik sekali. Jalur menuju tempat bunga ungu ini juga kering sehingga sangat aman untuk pendakian.

bunga oro-oro ombo


Tak kalah pentingnya adalah saat kami berkunjung, bunga verbena brasiliensis sedang proses mekar indah berwarna keunguan, sehingga pada saat dilihat dari atas warnanya ungu merata sangat cantik. Bunga-bunga cantik ini sedang bermekaran pada musim kemarau ini, sehingga mekarnya merata dan kondisi langit cenderung cerah biru bersih. Sebuah pemandangan alam yang menakjubkan.

Untuk menikmati pemandangan indah Oro-oro Ombo yang sangat memukau, kami memutuskan untuk mendaki Gunung Semeru terlebih dahulu, setelah itu kami baru mengunjunginya. Jadi saat kami berangkat, kami hanya melewatinya. Baru pada saat turun dari Mahameru, kami menikmati padang lavender ini dan kami menginap di Danau Ranu Kumbolo, yang mana lokasinya tidak begitu jauh dari padang bunga ungu ini.

oro-oro ombo berada di jalur pendakian


Dan besok paginya kami trekking sebentar dari Ranu Kumbolo menuju Oro-oro Ombo, sekitar 20 menitan untuk menuju tempat ini. Kami menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk dapat menikmati keindahan bunga verbena brasiliensis. Dari atas jalur, kami melihat hamparan rumput luas yang hijau mulai menguning. Karena bulan Mei merupakan awal musim kemarau, jadi rumput-rumput termasuk pohon bunga lavender ini masih banyak berwarna kehijauan.

Selain mengambil foto bunga-bunga levender ungu ini, kami juga menikmati berbagai pemandangan indah sekitar Oro-oro Ombo. Dan mengambil foto lanskap pemandangan alamnya yang sangat indah dan memukau. Lokasi tanaman bunga yang berada di tengah-tengah dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar, membuat bunga ungu ini nampak sangat mencolok dan mendominasi padang savananya.

oro-oro ombo mahameru


Bunga verbena brasiliensis terlihat berjejer indah bermekaran, dikelilingi rumput ilalang yang menghampar sangat luas sepanjang jalur menuju Kalimati. Membentuk bentangan alam yang sangat agung mempesona. Rasa-rasanya mempunyai rumah di sekitar tempat ini, akan sangat menyenangkan dan menenangkan.

Tapi ingat teman-teman, buat kamu yang diberikan kesempatan mengunjungi Oro-oro Ombo, jangan pernah merusak tanaman ini dengan memetiknya atau hal-hal lain yang sifatnya dapat merusak bunga-bunga cantik ini. Kamu cukup menikmati keindahannya dan menyimpannya dalam galeri foto kamu. Mari menjadi pendaki yang bertanggung jawab dan menjadi smart traveler dengan tidak merusak tempat wisata yang kita kunjungi.

Itu dia pengalaman saya saat mengunjungi Oro-oro Ombo di kaki Gunung Semeru yang sangat indah dan memukau. Dan memberikan saya pengalaman yang tak terlupakan. Berkunjunglah di musim kemarau untuk dapat menikmati keindahannya dan juga langit yang biru.

Ada yang pernah mengunjungi Oro-oroOmbo di kaki Gunung Semeru? Boleh sharing pengalamannya di kolom komentar.

Older Posts Home

ABOUT HER

Call her Mei. Her biggest passions are education, the environment, and traveling the world. So that you can chit-chat with her everything about it, she is now active as a voluntourism, environment, and education volunteer.

POPULAR POSTS

  • DORONG EKONOMI RESTORATIF DENGAN BERDAYAKAN PARA PETANI AKAR WANGI
  • SATSPAM, FITUR ANTI SPAM DENGAN TEKNOLOGI AIVOLUSI 5G DARI IM3
  • 15 TEMPAT WISATA DIENG WONOSOBO YANG WAJIB DIKUNJUNGI
  • MENIKMATI MATAHARI TERBIT DI PANANJAKAN BROMO
  • ORO-ORO OMBO, TAMAN BUNGA LAVENDER DI KAKI GUNUNG SEMERU
  • NATUR HAIR TONIC GINSENG EXTRACT
  • SOMPO INSURANCE INDONESIA, LUNCURKAN MINI SERIES TENANG ADA SOMPO
  • WISATA BUDAYA RUWATAN ANAK GIMBAL DI DIENG
  • PENGALAMAN MENGUNJUNGI BUKIT BATU PANDANG RATAPAN ANGIN DIENG
  • CONTACT HER

ARTICLE

  • 2025 101
    • September 6
      • RUMAH ADAT TONGKONAN, WARISAN ARSITEKTUR SUKU TORAJA
      • 9 DESTINASI WISATA UNTUK TELUSURI SEJARAH SENIMAN ...
      • LEANG PETTAKERE, SITUS SEJARAH MANUSIA PURBA
      • MENIKMATI MATAHARI TERBIT DI PANANJAKAN BROMO
      • DORONG EKONOMI RESTORATIF DENGAN BERDAYAKAN PARA P...
      • ORO-ORO OMBO, TAMAN BUNGA LAVENDER DI KAKI GUNUNG ...
    • August 11
    • July 17
    • June 13
    • May 13
    • April 10
    • March 8
    • February 13
    • January 10
  • 2024 148
    • December 9
    • November 9
    • October 17
    • September 13
    • August 7
    • July 8
    • June 14
    • May 19
    • April 4
    • March 19
    • February 17
    • January 12
  • 2023 111
    • December 6
    • November 20
    • October 14
    • September 10
    • August 6
    • July 7
    • June 8
    • May 4
    • April 10
    • March 14
    • February 8
    • January 4
  • 2022 160
    • December 13
    • November 13
    • October 21
    • September 18
    • August 21
    • July 14
    • June 12
    • May 9
    • April 6
    • March 15
    • February 7
    • January 11
  • 2021 55
    • December 8
    • November 4
    • October 9
    • September 2
    • August 4
    • July 2
    • June 6
    • May 4
    • April 3
    • March 5
    • February 5
    • January 3
  • 2020 44
    • December 4
    • November 3
    • October 4
    • September 4
    • August 4
    • July 4
    • June 4
    • May 4
    • April 2
    • March 4
    • February 3
    • January 4
  • 2019 9
    • December 1
    • November 2
    • August 1
    • July 1
    • June 1
    • March 3
  • 2018 9
    • November 1
    • August 3
    • March 1
    • February 2
    • January 2
  • 2017 21
    • December 1
    • November 1
    • October 3
    • September 3
    • July 1
    • April 1
    • March 4
    • February 3
    • January 4
  • 2016 10
    • December 4
    • November 6

Logo Komunitas BRT Network

Seedbacklink

Copyright © Meimoodaema || Travel Blogger. Designed by OddThemes