Indonesia bagian Timur merupakan salah satu destinasi wisata yang menjadi incaran banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pesonanya memang luar biasa, selain terkenal dengan pantai dan kekayaan alam baharinya, juga ditengarai kaya akan keindahan budayanya. Salah satunya adalah Desa Sasak Sade, Kampung Adat Di Kota Lombok. Beruntung saya diberikan kesempatan mengunjungi desa wisata ini pada bulan Maret 2016, musim panas yang justru membuat suasananya semakin indah.
|
Selamat Datang di Dusun Sasak Sade |
Tentang Desa Sasak Sade
Sade atau Desa Sasak Sade adalah merupakan salah satu desa yang berbasis budaya yang terletak di Rembitan, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Akses menuju desa ini cukup mudah karena terletak di pinggir jalan raya. Desa ini terkenal karena masih mempertahankan budayanya yang sudah hampir 600 tahun.
Desa ini juga dikenal dengan sebutan Desa Rambitan. Desa Sasak Sade, Kampung Adat Di Kota Lombok ini dihuni oleh 150 KK dan sekitar 700 jiwa tinggal di atas tanah seluas 5 hektar ini, yang semuanya menganut agama Islam Wektu Telu yaitu agama Islam yang dipengaruhi unsur agama Hindu dan Budha . Saat ini warga desa sudah mencapai generasi ke-15.
|
wefie dengan salah satu guide Desa Sasak Sade |
Keunikan Desa Sasak Sade
Bentuk Rumah
Desa ini berbentuk sebuah perkampungan kecil dengan rumah-rumah yang unik. Atapnya disusun dari ijuk, dinding sebagai pelindung rumah dibuat dari rangkaian bambu dan lantai masih beralaskan tanah liat. Warga Desa Sasak Sade menyebut rumah sebagai bale.
|
lorong kecil menuju Desa Sasak Sade |
Menurut guide, di Sade ini terdapat beberapa bale dan mempunyai fungsi masing-masing. Bale Kodong merupakan bale khusus untuk pasangan yang baru menikah, sebelum mereka membangun rumah yang lebih besar untuk ditinggali.
Bale Berugak, tempat ini digunakan untuk menerima tamu atau tempat berkumpul warga desa untuk bersantai atau hanya sekedar mengobrol, dan tempat pertemuan untuk acara pernikahan, sunatan dan berembug untuk membahas suatu masalah, ada juga namanya Bale Lumbung, berfungsi untuk menyimpan padi.
|
berpose depan rumah Desa Sasak Sade |
Bale Tani adalah bale yang digunakan untuk tempat tinggal. Bale ini terbagi menjadi dua bagian, bagian dalam digunakan untuk anggota keluarga perempuan dan digunakan untuk memasak sementara bagian luar digunakan untuk anggota keluarga laki-laki sekaligus berfungsi untuk menerima tamu.
Setiap rumah hanya mempunyai satu pintu untuk keluar masuk dan didepannya mempunyai tiga buah anak tangga yang menggambarkan lahir, berkembang dan meninggal.
|
bersama salah satu guide di Desa Sasak Sade |
Membersihkan Rumah dengan Kotoran Kerbau
Keunikan lainnya dari Desa Sasak Sade, Kampung Adat Di Kota Lombok ini adalah mereka membersihkan lantai rumahnya dengan menggunakan kotoran kerbau yang dicampur sedikit air, kotoran ini dianggap dapat membuat ruangan lebih hangat dan dapat mengusir nyamuk. Penghuni rumah membersihkannya dua kali dalam seminggu sesuai dengan tradisi dari zaman dahulu.
|
teman-teman dari Kalimantan |
Tradisi Pernikahan
Jika seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, maka laki-laki itu akan menculik perempuan itu pada malam hari dan mengembalikannya di pagi hari atu setelah beberapa hari. Itu merupakan cara romantis laki-laki untuk melamar wanita yang dicintainya.
Tetapi jika wanita itu tidak mencintainya maka sebuah kemalangan karena dia tidak bisa menolak lamaran itu, jika ditolak maka akan berakibat buruk bagi dirinya dan tidak akan ada lagi laki-laki yang akan menikahinya.
Kegiatan Menenun Dan Bercocok Tanam
Menenun menjadi salah satu kegiatan perempuan di desa ini, selain itu juga ada kegiatan memintal benang. Mereka belajar menenun sejak usia sepuluh tahun. Katanya perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah, sehingga menenun merupakan kegiatan yang sangat berharga bagi kaum perempuan di Sade.
|
salah satu wanita Desa Sasak Sade dalam kegiatan menenun |
Tenunan yang dihasilkan sangat rapi, unik dan nyaman digunakan.
|
salah satu hasil tenunan pengrajin di Desa Sasak Sade, kainnya halus dan adem |
Selain dijual di desa ini, hasil tenunan mereka juga jual ke beberapa galeri penjualan oleh-oleh di Lombok. Selain menenun, sumber mata pencaharian desa ini adalah bercocok tanam yaitu padi dan sayuran.