Setelah hari pertama menghabiskan perjalanan dari Jakarta ke Desa Pancasila, dan hari ke-2 menunggu kedatangan teman-teman dari kota lain, akhirnya kami sudah berkumpul dan packing siap-siap untuk keberangkatan pendakian hari pertama esok pagi.
HARI KE-3 (DESA PANCASILA - POS 3)
Setelah packing, sarapan dan check semua kebutuhan, pukul 07.50 kami berangkat dari Desa Pancasila untuk menuju Gunung Tambora. Untuk menghemat waktu kami berangkat menggunakan motor menuju pintu rimba dengan membayar Rp 50.000 per orang, teman-teman juga bisa membayar Rp 75.000 sampai ke pintu pertengahan dan Rp 100.000 sampai ke Pos 1.
Jalanannya sangat licin karena turun hujan beberapa hari sebelumnya. Selain itu jalanannya offroad, karena saya takut jatuh saya memilih untuk berjalan kaki melewati beberapa spot jalanan licin, berlubang dan miring. Dua puluh menit kemudian kami sampai di Pintu Rimba.
pintu masuk Gunung Tambora via Desa Pancasila |
Dari Pintu Rimba sekitar pukul 08.30 kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 1 yang mempunyai ketinggian 1.050 mdpl. Kami berjalan dengan cukup santai, dan kami tiba di Pos 1 pukul 11.45. Di pos ini kami sempat berhenti untuk makan dan sholat.
Lidia dan Juju, wanita super ini sedang menuju Pos 1 |
Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2, masih sama kami berjalan dengan santai namun tanpa berhenti, kami tiba pukul 14.50. Di pos ini kami istirahat cukup lama untuk menunggu teman-teman yang masih di belakang. Di Pos 2 dengan ketinggian 1.290 mdpl ini kita bisa menemukan aliran air sungai dan sumber mata air yang dapat diminum.
Pukul 15.10 kami melanjutkan kembali perjalanan menuju Pos 3. Gunung Tambora berasa sudah di depan mata hehhe. Hari mulai gelap, saya hampir kesasar karena ada beberapa jalan yang terlihat sama. Sempat memanggil-manggil nama teman yang paling depan, tapi tidak ada jawaban artinya jarak kami sudah cukup jauh.
Seperti biasa saat ada yang aneh feeling saya langsung nge-warning, niy kaki kayaknya gak mau diajak ke arah sana. Akhirnya putar arah. Beruntunglah kami mengambil jalur yang tepat. Singkat cerita kami sampai di Pos 3 lebih dari pukul 19.00.
Mba Santi lagi rapi-rapi tenda, pagi hari di Pos 3, siap-siap menuju Pos 4 |
Di Pos 3 kelompok paling depan sudah mendirikan tenda dan memasak makanan untuk kami, asiiiikkk. Setelah makan dan rapi-rapi kami siap-siap tidur.
HARI KE-4 (POS 3 - POS 5)
Setelah berkemas dan sarapan, pukul 08.50 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Di jalur Gunung Tambora menuju Pos 4 ini banyak tumbuhan Jelantang, kalau tersentuh meskipun pakai sarung tangan efek sakitnya terasa panas dan lama bisa berjam-jam seperti ditusuk jarum, jadi mesti hati-hati.
Kami berhenti bisa sampai 30 menit dan sempat tidur untuk beberapa saat dalam perjalanan, benar-benar santai. Karena ada teman juga yang kakinya cedera. Sampai di Pos 4 pukul 11.00.
jalur menuju pos 5, padang rumput yang masih menghijau |
Pukul 14.30 kami melanjutkan perjalanan menuju camp area di atas perbukitan. Gunung Tambora mempunyai pemandangan yang sangat indah, salah satunya berbentuk lembah berupa pasir-pasir dan dikelilingi oleh tumbuhan hijau, tebing-tebing yang menghitam, rumput-rumput kering, sungguh indahnya bumi kelahiranku.
Kelokan .......
photo taken by Rendra
|
Kami tiba di camp area pukul 18.00. Matahari tenggelam masih indah menghiasi tenda-tenda kami. Menyemburkan warna kuning keemasannya yang membuat kami tenggelam dalam pesonanya. Area ini berbentuk dataran yang dihiasi dengan hamparan pasir dan beberapa batuan hitam.
it was so much fun.... see you another day blue ...... |
blue and yellow or green... whatever it is, I love it because created by God |
salah satu flora di Gunung Tambora |
Selain itu sepanjang perjalanan kami ditemani sunset yang sangat indah. Dari kejauhan kami melihat beberapa tenda sudah berdiri. Itu tandanya teman kami sudah sampai di sana. Karena saat itu hanya kami yang melakukan perjalanan ini.
sunrise sebelum camp area Pos 5 photo taken by Rendra |
Kami tiba pukul 18.00 WITA. Perjalanan lama karena kami sering berhenti untuk mengambil photo.
hai awan titip rinduku untuknya :) |
Saat badai di malam hari kami hanya dapat berlindung di dalam tenda. Sehingga dingin udara terasa begitu menusuk tubuh. Di malam hari kita bisa menikmati langit indah bertabur bintang dan bagi yang hobby foto Gunung Tambora ini surganya milky way. Sayangnya saya sudah tidak sanggup keluar tenda untuk menikmati keindahan itu karena udara sangat dingin.
Nah jika di mendaki Gunung Tambora part 1 masih santai, mulai part 2 seru karena mulai melihat pemandangan indah seperti di hutan-hutan amazon. Bagaimana dengan Gunung Tambora di Part 3? Pasti lebih seru, yuk cek artikel berikutnya.
19 Comment
mbak mei pasti sedih banget ya dengan kondisi saat ini :( jadi ga bisa travelling lagi, semoga segera mereda dan bisa jalan2 lagi ya mbak
ReplyDeleteYa Allah indah banget di atas sana. Semoga enggak pada nyampah.
ReplyDeleteHarus latihan fisik apa saja nih buat kuat nanjak sebegitu jauhnya?
Selalu salut sama perempuan yang suka naik gunung.. Keren banget mba.. 😍
ReplyDeleteYg nggak pernah naik gunung (kayak aku) sip nyimak cerita2 serunya mendaki.. 😁
Duh, pemandangannya ga kuat. Ini di bumi atau di surga sih??? Haha..bahagianya mbak Mei bisa mendaki gunung ke mana-mana.
ReplyDeleteWahhh indahh sekali pemandangannya, kalau naik gunung ajakin akuu yaa
ReplyDeleteselalu salut dengan para perempuan yang mendaki gunung begini, setronggggg! Mantap Mei!
ReplyDeleteWeih weih aku selalu mupeng klo liat para pendaki gunung berpose di gunung kekgitu.
ReplyDeleteSerunya, Mei... aku membayangkan apa yang kau tuliskan, masyaallah indah bangettttt.. Jadi penasaran sama part 3 nihhh..
ReplyDeleteSunset dari gunung pun cakep banget ya mba. Keren abis emang ciptaan Tuhan.
ReplyDeleteSunrisenya cantik bangetttt... duh, gak kebayang ya naik gunung terus ketemu badai. Mencekam gak mbak suasananya?
ReplyDeleteCantik.banget ya mba, masyaAlloh suka deh mba..aku ya belum pernah naik gunung hahaha
ReplyDeleteSeru banget deh ih naik gunung. Apalagi Tambora, salah satu gunung favorit para pendaki. Semoga kondisi kita segera seperti sedia kala ya. Biar kita semua bias kembali bias melakukan apa yang biasa kita lakukan lagi. Termasuk naik gunung seperti ini.
ReplyDeleteYa ampun pemandangannya indah sekali ya mbaa. Andaikan bisa pengen ke sini lagi suatu saat nanti
ReplyDeleteYa Allah, aku selalu merindukan harumnya udara pegunungan setiap kali berkunjung ke postingan naik gunungmu, Mei. Betapa masa-masa itu sangat kurindukan. :))
ReplyDeleteSekarang ngikutin cerita perjalananmu aja deh, kalau harus naik gunung lagi udah gak ku kuuuu...
apalah daya aku sampe kini tak berani untuk nanjak mba. hanya bisa melihat membaca para temen2 yang hobi muncak :)
ReplyDeletembaaa makasih yaa lewat mba aku jadi bisa tau keindahan keindahan diluar sanaa:') -dari aku yang ngga pernah dapet izin buat naik gunung- haha
ReplyDeleteKalau sedang naik gunung gini, gadget semua otomatis off yaa, kak?
ReplyDeleteGa ada sinyal plus mesti menghemat batere.
Aku suka banget....berasa terkoneksi dengan alam.
Indah banget ya bisa lihat pemandangan ijo2 gini, trus bis kenal tumbuhan unik seperti tumbuhan jelantang
ReplyDeleteGunung tambora memang memesona ya mbak, akupun suka dengan cerita dan viewnya. Meskipun kalo disuruh mendaki aku juga belum tentu kuat wkwk
ReplyDeleteSilakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.