Bukit Raya, pastinya sudah tidak asing lagi bagi para pendaki Indonesia atau bahkan untuk pendaki dari luar, karena masuk dalam Seven Summit-nya Indonesia. Gunung ini merupakan gunung yang ketinggiannya paling rendah dibandingkan dengan gunung yang masuk kategori Seven Summit Indonesia lainnya yaitu sekitar 2.278 mdpl, namun siapa sangka kalau rutenya lumayan menguras kesabaran karena lumayan panjang.
akhirnya sampai puncak...... picture taken by Mifta |
Kami berangkat bulan Agustus tahun ini, dimana musimnya masih musim kemarau. Setidaknya meminimalisir bertemu dengan penghuni sejati gunung ini, yap “sang pacet si penguasa gunung ini”. Binatang ini tidak berbahaya, namun cukup bikin gemas kalau sampai masuk-masuk ke kaki dan menempel di tubuh kita. Serta bentuknya yang kenyal-kenyal bikin geli kalau sampai nempel di kulit.
Berawal dari postingan di sebuah group pendaki, saya daftar untuk gabung, namun ternyata sudah full kuotanya. Tetiba menjelang hari H dikabarin ada slot kosong, thanks to my God, selalu indah pada waktunya. Seperti biasa, tak ada satupun yang saya kenal sebelumnya, namun justru ini yang bikin seru, ketemu temen-temen baru.
HARI KE-1 (JAKARTA - PONTIANAK - NANGA PINOH)
Kami berangkat bersebelas orang, ada yang dari Jakarta, Semarang, Surabaya dan saya sendiri berangkat dari Kalimantan karena sedang ada pekerjaan di kota ini. Untuk menuju tempat ini, dapat menggunakan pesawat ke Bandara Internasional Supadio Pontianak dengan jarak tempuh sekitar 1,5 – 2 jam dengan rate tiket pesawat 500-1 juta, tergantung waktu kapan membelinya dan maskapai yang digunakan.
Meeting point kami di Pool Damri Pontianak yang ada di Jalan Pahlawan Kota Pontianak, tempat ini dipilih karena dekat dengan bandara dan juga salah satu tempat penjualan tiket Damri ke Nanga Pinoh yaitu lokasi terakhir kendaraan darat sebelum ke Rantau Malam yang merupakan desa terakhir sebelum pendakian.
Dari Bandara dilanjutkan ke Pool Damri menggunakan taksi lokal dengan tarif sudah ditentukan sesuai tujuan, kalau banyakan bisa shared cost dan jadi lebih murah. Teman-teman juga bisa menggunakan kendaraan online namun harus jalan jauh keluar, karena transportasi online masih belum boleh masuk ke bandara ini, ya sama seperti di kota-kota lainnya dimana bandara menjadi salah satu zona merah untuk transportasi online.
Kontak Damri Pontianak Pict taken by Om Maw |
Sampai di Pool Damri, teman-teman bisa langsung membeli tiket Damri dengan harga Rp. 175.000 per orang. Tiket bisa juga dipesan jauh-jauh hari sebelumnya melalui telepon. Keberangkatan ke Nanga Pinoh hanya ada satu kali setiap pukul 07.00 malam dari Terminal Soedarso.
Pool Damri ini bukan tempat keberangkatan, namun hanya untuk pembelian tiket saja. Masih sekitar 10-15 menit lagi dari tempat ini untuk menuju terminal keberangkatan yaitu Terminal Soedarso. Tapi jangan khawatir teman-teman, Pool Damri ini menyediakan jasa antar gratis ke Terminal Soedarso dengan menggunakan mobil elf.
Sambil menunggu diantar ke Terminal Soedarso, teman-teman juga bisa beristirahat di Pool Damri ini. Ada ruang tunggu di lantai 2, ada tempat tidurnya juga, lumayan kan bisa istirahat leyeh-leyeh, gratiiiiiiissss. Ada toilet, mushola juga. Nah kalau mau cari makanan atau wifi bisa geser ke sebrang, ada cafe yang terkenal di Jakarta dan Yogyakarta buka di sini, lumayan kan bisa wifi-an :)
suasana ruang tunggu Pool Damri di Jl. Pahlawan Pontianak
pict taken by Om Ihsan
|
ada musholanya juga buat penumpang yang hendak beribadah
pict taken by Om Ihsan
|
Sore sekitar pukul 17.30an kami diantar ke Terminal Soedarso. Sekitar 10 menit kami sudah sampai. Pukul 07.00 malam, bus sudah berangkat menuju Nanga Pinoh. Fasilitas Damrinya cukup memuaskan, AC yang super sejuk, selimut, tempat duduk slipper yang empuk yang bisa dinaikan dan diturunkan kursinya jadi bisa tidur nyaman tuh, ada buat charge, toilet, wifi dan dikasih snack juga loh, nyamanlah pokoknya.
Perjalanan akan ditempuh sekitar 8-9 jam sampai Nanga Pinoh. Pukul 11.00 malam bus sempat berhenti di Desa Sosok sekitar ½ jam untuk istirahat dan makan. Pukul 11.30 malam bus kembali melaju dan kami tidur lagi ya teman-teman, buat persiapan trekking yang katanya panjang sekali rutenya dan juga katanya harus bungkuk-bungkuk sebelum ke puncak, have a nice sleep.
HARI KE-2 (NANGA PINOH SUNGAI SERAWAI - DESA JELUNDUNG)
Pukul 03.40 pagi kami tiba di Terminal Nanga Pinoh. Suasananya cukup dingin dan masih sepi hanya ada beberapa bus yang baru sampai dari kota lainnya. Kami istirahat di warung depan terminal sambil menunggu angkot yang akan mengantar kami ke dermaga.
Di sekitar terminal ini ada masjid, warung makan, swalayan seperti Alfamart/Indomaret, ATM, toilet juga ada. Bisa untuk membeli beberapa kebutuhan logistik. Untuk sayuran bisa dibeli di pasar tradisional Nanga Pinoh dekat dermaga Sungai Serawai.
Dermaga Sungai Serawai. Pasarnya sangat lengkap. Dari sembako sampai pakaian pun ada. Setelah makan, sholat dan rapi-rapi, pukul 06.00 pagi kami berangkat dengan menggunakan satu angkot menuju Dermaga Sungai Serawai. Sekitar 10 menit kami tiba di dermaga menuju Sungai Serawai.
Dua orang dari kami mengurus perizinan Simaksi. Lainnya loading barang dan perempuannya belanja logistik untuk kebutuhan kami beberapa hari. Untuk gas kami beli di Kota Pontianak, ada di beberapa toko dan swalayan karena di Pasar Nanga Pinoh khawatir tidak ada.
Tepat pukul 08.00 pagi kami berangkat ke Sungai Serawai dengan menggunakan speed boat yang hanya muat maksimal 7 orang termasuk nakhoda, sehingga kami harus pesan 2 speed boat. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 5 jam termasuk istirahat makan di rumah makan terapung di sepanjang Sungai Serawai.
wefie dulu di atas speed boat di Dermaga Sungai Serawai
pict taken by Om Maw
|
sekitar pukul 10.00 pagi kami sempat berhenti untuk makan
pict taken by Om Maw
|
Pukul 01.00 siang, kami tiba di Sungai Serawai. Dilanjutkan dengan menggunakan Klotok untuk menuju Desa Rantau Malam, yaitu desa terakhir atau basecamp sekaligus di desa ini juga dilakukan ritual adat sebelum melakukan pendakian. Ada sedikit kendala mengenai Klotok yang kami pesan, sehingga pukul 03.00 sore kami baru berangkat menuju Desa Rantau Malam dan kami berangkat dengan 2 buah Klotok.
bentuk klotok yang kami tumpangi untuk menuju Desa Rantau Malam |
Karena musim kemarau arus air sangat kecil sehingga Klotok yang kami tumpangi tidak bisa berjalan dengan cepat. Akibatnya kami tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Rantau Malam. Sekitar pukul 07.40 malam kami tiba di desa ini. Sementara 1 klotok lagi yang teman kami tumpangi, baru tiba pukul 10.00 malam. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti menginap di Desa Jelundung.
Jadi total perjalanan kami adalah 9 jam perjalanan darat ke Nanga Pinoh, 5 jam lewatin sungai ke Serawai, dan 7 jam perjalanan sungai lagi, menuju Desa Glundung, total 21 jam darat dan sungai, maboooooookkkkkkk.
Eits, jangan senang dulu, masih ada perjalanan offroad-nya juga berjam-jam, sebelum melakukan pendakian, seruuuu bangetttt, pokoknya, penasaran????
46 Comment
Mantap tulisannya dan lanjutkan ceritanya nunggu sambil ngopi enak nih
ReplyDeletesiap Om Maw tak lanjut hehehe
DeleteWow....lama bener perjalanannya. Aku ga sanggup mbayangin. Dah ahhh baca ceritamu ajahh..
ReplyDeleteYa begitulah Mba, gunungnya bukan yang paling tinggi dibanding seven summit lainnya, tapi perjalanannya luar biasa 😂😂😂😂 tapi seruuuu
DeleteAahh paceeet!! Jadi ingat mandi pake basahan di tengah hutan, dalam keadaan penuh busa sabun lari terbirit-birit gara2 ni binatang, kenyaaalnya bikin aku milih mending nggak mandi sekalian😂
ReplyDeleteHahahaha pas aku ke sana musim kemarau, pacetnya pada bobbobo cantik 😂😂😂
DeleteKalau masih muda, jalan2 masih semangat ya. Terus melanglang buana ya beb kasih cerita yg banyak ke kami2 ya.
ReplyDeletesiappppp mba panutankue, semoga Allah kasih terus kesempatan buat aku untuk bisa berkeliling dunia menikmati keindahannya :)
DeleteMAsyaAllah perjalannya beneran butuh perjuangan esktra ini mbaa. Hehhe. Salut ya dan kalau perjalanan gini emang harus kompak terus mba :)
ReplyDeleteya betul mba makanya harus hati2 pilih temen
DeleteWah ini sih pengalaman yang berharga dan selalu terkenang ya mba, perjuangannya keren banget
ReplyDeletebetul memori indah banget heheheh
DeleteAku malah baru tau soal bukit ini. Seru sekali ya perjalanannya
ReplyDeleteseru banget mba pokoknya
DeleteBenar2 bukit perjuangan, ya. Ke sananya kudu naik bus, ngepool dulu, trus naik perahu, ntar jalan ber-jam2 pula. Fiuh..
DeleteSeru banget travellingnya. Molzania kepingin juga hiking ke gunung. Tapi gak bisa bawa kursi roda ya pasti jalannya gak rata.
ReplyDeletesemangat kaka cantik, sekarang ada beberapa gunung yang sudah ramah dengan yang pakai kursi roda, you can do it mba, i trust you, selalu ada jalan buat orang-orang yang percaya diri dan yakin :)
DeleteManteppp kak, udh smpe ke tanah pinoh welcom to borneo yaa, aku juga sudah sampai ke bukit itu, perjalanannya memang perlu PR yang berat tp itu kehapus pas indah nya pemandangan disana
ReplyDeleteya mba betul banget, wah mba udah ke sana juga ya, seru kan
DeleteWih mbak, kalau ga ada jiwa petualangan pasti minta pulang ya heuheu aku tu ga bisa kayaknya perjalanan darat dan sungai lama banget. Hebat mbak mei
ReplyDeleteterima aksih Mba Sri, malahan seru bikin nagih kalau udah sekali
DeleteWah lokasi wisata nya ternyata terjangkau dengan transportasi umum penghubung dari Brunei Darussalam ya?dekat dengan perbatasan luar negeri dong? jadi penasaran banyak turis asing juga nggak ya di sana?
ReplyDeleteketemu hanya 1 orang pas saya seminggu di sana, gunung ini maish jarang karena aksesnya memang masih sulit mba
DeleteWow perjalanannya panjang banget ya. Cuma mereka yg emang punya jiwa petualang kuat yg sanggup nempuh proses seperti ini 😂
ReplyDeleteyang hobby aja yang suka tantangan hehehhe
DeleteIya. Kalo aku sukanya yg lgsg cepet nyampe kak 😂. Kalo perjalanan panjang rasanya ga sabar
DeleteWaduuuh kaaa hebat banget 21 jam total perjalanan ini, aku aja d kereta 15jam rasanya teler lho
ReplyDeleteseru soalnya bisa lihat yang unik, segar, hijau dan ga ada di kota
Deleteasyik deh bisa istirahat dulu di pool damri. perjalanan panjang menguras tenaga tapi senang kalau akhirnya jadi sampai tempat tujuan
ReplyDeletesenang bangetttt
DeleteAaaawww marimar mau bgt melakukan prjalanan panjang kyk gini. Pasti seru dan asyik bgt apalagi prjalannanya bs ditempuh dgn tansportasi umum ��
ReplyDeletebisa bangetttt ayo mba sambil makeupan di sana malahan makin ga berasa ehhehe
DeleteMasyaAllah Tabarakallah, indah sekali ya, aku jadi pengen juga mbak melihat langsung Bukit Raya Perjuangan ini
ReplyDeleteayo mba kita ke sana barenggggg
Deletekapan aku bisa nyusul ya, udah kepo cerita part dua nya ditunggu om hehe
ReplyDeletehehehehe seru bangettt deh part 2 nya
Deletepagi-pagi di pasar tradisional sesepi itu kak? Yaampun kok beda banget sama di Jakarta ya bisa dipenuhin banyak manusia:((
ReplyDeleteya sepi kayak gitu mba jadi kalau belanja tenang bangetetettete
Deletewaduh ruang tunggunya sampe di lengkapi kasur segala ya :) ditunggu part 2 nya mbak
ReplyDeleteyes nyaman banget jadi ya pergi ke gunung terus tiduran di sana habis kecapekan hiking hehe.. terus bisa sekalian sholat juga ada mushollanya kan?
DeleteSeru banget kak ceritanya. Tp part 1 ini baru opening nya aja ya.. hehe pengen tau kelanjutannya deh.
ReplyDeletemampir blog kakak tuh bikin happy deh, apalagi di tengah WFH ini dan gak bisa kemana-mana.. berasa lagi liburan online wkwk XD Ditunggu part selanjutnya kaak ^^
ReplyDeleteperjalanannya benar - benar terasa yaa mba..luamyan jauh namun setelah tiba pemandangan dan pengalamannya luar biasa
ReplyDeleteaku sampe ikutan merinding bayangin perjalanannya seru bangettt haha walaupun capek ya mba perjalanan darat sungai :')
ReplyDeleteNyaman banget kalau ruang tunggunya dilengkapi kasur juga, tapi yg terpenting bisa berpetualang kayak gini bikin hepi banget pokoknya
ReplyDeleteKok seru yaa bacanya. Menanti part 2 nih. Selalu suka baca kisah traveling
ReplyDeleteSilakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.