Salah satu pengalaman berkesan dalam pendakian Gunung Bukit Raya yang merupakan gunung tertinggi di Kalimantan ini adalah mengikuti upacara atau ritual adat yang harus dilakukan sebelum melakukan pendakian yaitu Ritual Adat Ngukuih Hajat.
Ritual adat ini merupakan upacara atau ritual yang wajib dilakukan oleh semua pendaki yang hendak melakukan pendakian ke Gunung Bukit Raya.
Upacara ini sudah turun temurun dilakukan oleh Suku Dayak Ot Danum, yaitu suku yang tinggal di kaki gunung atau desa terakhir sebelum melakukan pendakian Ke Gunung Bukit Raya.
Upacara Adat Ngukuih Hajat dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat berangkat agar selama perjalanan kita diberikan perlindungan dan saat turun sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kita karena telah diberikan keselamatan sampai kembali lagi.
Persiapan Ritual Adat Ngukuih Hajat
Bapak Kepala Adat ditemani seorang warga memberitahu kami semua, bahwa sebelum melakukan pendakian ke Gunung Bukit Raya wajib melakukan ritual adat untuk keselamatan kami yaitu Ritual Adat Ngukuih Hajat.
Bapak Kepala Adat, istri beserta satu orang warga akan membantu dalam proses pengumpulan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk upacara tersebut. Nanti kami tinggal membayar semua barang-barang tersebut. Tentu saja saya excited banget ingin segera tahu prosesnya seperti apa.
Karena saya selalu tertarik dengan budaya-budaya seperti ini. Menambah wawasan pastinya, dan semakin bangga menjadi warga +62 yang kayak akan peninggalan budayanya.
Bahan-bahan yang disiapkan
Beberapa barang yang digunakan untuk upacara adat Ngukuh Hajat ini adalah berupa ayam kampung, mandau (golok), beras kuning, gelang manik yang talinya terbuat dari akar yang ada di hutan dan dianggap sakral bagi mereka.
Mandau sendiri adalah senjata tajam berupa parang panjang khas hasil kebudayaan Suku Dayak di Kalimantan. Mandau ini masuk dalam senjata tradisional Indonesia. Setelah kami berkumpul, kami memulai berdyang oa dan dipimpin oleh Kepala Adat.
Adat menggunakan pakaian khusus yaitu pakaian kehormatan yang hanya dipakai saat upacara/ritual yang penting saja, termasuk juga peci/kopiah. Kami semua sudah siap mengikuti ritual adat sebelum pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Kalimantan ini.
Bagaimana proses ritual adat ini
Berdoa
Upacara Adat Ngukuh Hajat akan dimulai. Kami semua diminta untuk duduk berjejer menghadap matahari terbit. Kepala Adat mulai berdiri dan membacakan beberapa kalimat-kalimat dalam bahasa Dayak yang jujur saya tidak mengerti arti dan maksudnya.
Hanya saja saya meyakini kalimat-kalimat tersebut merupakan doa yang dipanjatkan untuk keselamatan kami semua. Sambil mengayun--ayun ayam yang dipegangnya, Kepala Adat terus membacakan lafalan doa tersebut dalam rangkaian kalimat bahasa Dayak.
Saya pun berdoa dalam hati sesuai dengan kepercayaan saya, agar kami semua dilindungi. Selang beberapa menit, Kepala Adat meminta salah satu dari kami yang beragama muslim untuk menyembelih ayam tersebut.
Menyembelih ayam
Selesai berdoa, Om Ridwan sebagai perwakilan dari kami melakukan penyembelihan ayam dan darahnya diteteskan ke atas piring yang sudah ada beras kuningnya.
Mengoleskan darah ayam
Ritual berikutnya adalah, Kepala Adat membacakan doa dalam bahasa Dayak kemudian mengoleskan darah ayam yang sudah dicampur dengan beras kuning yang sudah disiapkan di atas piring. Darah ini dioleskan ke kaki, lutut, dahi, dan ubun-ubun para pendaki.
Gambar: Om Mawardi |
Menggigit Mandau
Selesai diolesi dengan darah ayam yang sudah diberi doa di bagian kaki, lutut, dahi, dan ubun-ubun, kemudian saya diminta untuk menggigit mandau yang sudah digunakan untuk menyembelih ayam sebanyak 3x. Tentu saja darahnya sudah dibersihkan terlebih dahulu.
Mengikatkan gelang di lengan
Selesai menggigit mandau, ritual dilanjutkan dengan mengikatkan gelang gelang di lengan kami yang terbuat dari akar kayu yang diambil dari hutan yang dianggap sakral oleh Suku Dayak Ot Danum. Gelang ini tidak boleh dilepas sampai kami turun kembali dari Gunung Bukit Raya. kecuali terlepas sendiri.
Gambar: Om Mawardi |
Talinya cukup kokoh, hampir 3 minggu gelang ini tidak lepas di tangan saya, sengaja saya tidak melepasnya saat turun karena saya masih melanjutkan perjalanan di wilayah pedalaman Kalimantan lainnya. Tangan kami wajib dikepalkan saat tali ini diikatkan di tangan kami.
Pelajaran yang bisa diambil
Toleransi
Pelajaran pertama yang saya dapat, mereka benar-benar menjunjung tinggi yang namanya toleransi. Kenapa?, karena mereka tahu dalam Islam ada aturan tertentu dalam menyembelih binatang, mereka paham orang muslim tidak boleh memakan binatang yang disembelih tanpa doa.
Toleransi yang sangat besar namun terkadang terlewatkan untuk menjadi sebuah perhatian besar bagi sebagian banyak orang. Kalau tidak ada toleransi tentu saja Kepala Adat akan menyembelihnya sendiri atau menyuruh siapa saja, tanpa memikirkan yang beragama muslim bisa makan atau tidak. Tapi ternyata tidak seperti itu.
Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung
Pelajaran kedua yang saya dapat adalah, dimana bumi dipijak, maka disitu langit dijunjung. Di sini saya melihat teman-teman yang juga punya toleransi tinggi untuk mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat adat Suku Dayak sebelum melakukan pendakian ke Gunung Bukit Raya.
Mengikuti bukan berarti kita menjadi bagiannya. Tapi lebih ke arah toleransi. Namanya bertamu ya ikuti aturan pemilik rumah. Jika tidak bisa, silakan anda tidak usah bertamu.
Gambar: Om Mawardi |
Keberagaman budaya Indonesia
Melihat upacara atau ritual adat Suku Dayak Ot Danum ini, makin membuka pikiran saya, mengenai toleransi, keragamanan budaya, kearifan lokal yang unik yang masih terjaga.
Membuat saya makin open minded terhadap keberagaman suku, agama, ras, dan lainnya. Kita patut bangga dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia yang belum tentu dimiliki orang negara lain. kalau bukan kita siapa lagi yang melestarikannya.
Sungguh indah engkau negeriku, semoga diberikan keluasan waktu dan rezeki untuk melihat keanekaragaman Indonesia lainnya lebih dekat.
Upacara selesai, ayam yang tadi disembelih ternyata dimasak oleh ibu Kepala Adat dan menjadi santapan makan malam kami.
Nah mau menyaksikan langsung ritual adat Ngukuh Hajat ini? seperti apa dan bagaimana, silakan berkunjung ke Gunung Bukit Raya ya. Sekarang pendaftarannya sudah bisa dilakukan online dan tentu saja itu mempermudah para pendaki untuk mengunjungi gunung ini.
See you soon Gunung Bukit Raya. Semoga tetap lestari Ritual Adat Ngukuih Hajat.
65 Comment
Memang di mana pun kita harus menghormati adat-istiadat suatu tempat. Walau kadang sepertinya nggak masuk akal juga. Tapi intinya ritual ini buat berdoa memohon keselamatan dan semua berjalan dengan lancar.
ReplyDeletebetul banget mba Yus, bumi dipijak maka langit dijunjung kata pepatah hehe
Deletewow, salut, ternyata nggak sembarangan ya mbak mau naik gunung tuh dan senang melihat indahnya toleransi di sini :)
DeleteAku selalu tertarik baca kisahmu, kak. Sebagai warga +62 harusnya bangga punya banyak ritual dan juga kekayaan toleransi. Bukannya malah dipakai buat senjata tembak tembakan saling menjatuhkan.
ReplyDeleteBaru tahu lho kalau di Kalimantan juga bisa dipakai pendakian.
Kak itu gelangnya dibawa pulang? Temanku asli Kalimantan, kakinya ada gelang anyaman gitu, katanya itu sudah sejak dia bayi dianyam langsung
salahs atu seven summit Indonesia ada di Pulau Kalimantan Ka Mini, ga terlalu tinggi tapi panjang kayak uler treknya butuh 6 harian normalnya
DeleteDhita Erdittya
ReplyDeleteOke banget ya manggil pendaki yang muslim untuk menyembelih ayam. Tadi aku udah mikir, wah sapa nih yang nyembelih? Toleransinya dijaga bener. Love it!
betul banget mba Dhita, banyak kisah2 inspiratif seperti ini yang jarang diangkat
DeleteMakin bangga jadi orang Indonesia.
ReplyDeleteBTW sungguh keren tuh toleransinya. The real toleransi. Tanpa banyak narasi.
indha ya lhat dan dengarnya mba
DeleteBaru tahu ada upacara seperti ini.. makasih infonya.. apakah di Google translate ada bahasa dayak? soalnya penasaran juga sama yang diucapkan sama pemimpin ritualnya...oya, tentang ayam yang disembelih muslim itu cukup menunjukkan toleransi ya.. sekedar saran juga kalau bisa mandau yang digigit di bagian yang tidak ada darahnya ya.. soalnya sebaiknya orang Islam juga tidak boleh termakan darah...
ReplyDeleteya darahnya dilap dulu mba, nanti saya coba tambahkan ya di notenya, terima kasih feed back baiknya mba Anti
Deletekangen jalan-jalan lagi deh tiap liat foto-doto di blog mba mei, selalu ada cerita yang tersampaikan... terutama soal budaya tempat tempat yang sudah mba mei singgahi... aduh jadi kangen sama mba meinya. melipir dulu lah...
ReplyDeletekangen juga ketemu Agi kalau udah jelasin soal blog itu nacep banget. untungnyan bisa bercengkrama sama tulisan Agi, selalu suka dan kamu jadi role model buat blog aku Gi
DeleteKeren ceuuu aku kok jadi merinding ya ceuuu aura mistis mistis gitu, tapi percaya ga percaya. Dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak. Jaga kesehatan ya Ceuuu
ReplyDeletehihi lebih serem kalau pas lagi ngikutin ritualnya, untung siang, aman ko
Deletehahahaa kalau yang berbau mistis gitu emang agak2 seram ya mbak, tapi ga papa asal kita ga niat macam2 ga akan kenapa2 kok
DeleteIndah sekali kisahmu mbak, sungguh menambah wawasan sekaligus bikin bangga bahwa toleransi dan kearifan lokal masih terjaga di suatu daerah di Indonesia ~
ReplyDeleteproud to be Indonesian ya Mba Is
DeleteRitual adatnya kental banget yaaa di masyarakat. Seneng deh lihat beginian, masih melestarikan adat di tengah era digital seperti sekarang. Hummm, kangen jalan2 nih jadinya 😅😅
ReplyDeletesoon mba Riana kita jalan-jalan ya
DeleteBeruntungnya mbak Mei bisa keliling nusantara mengenal beragam adat yang berbeda. Semakin bangga ya dengan Indonesia. Meskipun beragam adat, budaya, dan agama, namun tetap rukun dan tentram. Semoga selalu terjaga. Haru aku bacanya..hihi. .
ReplyDeletelebih haru saat menyaksikan di sana mba Sapti, bangga ya jadi Indonesian
DeleteJustru bagus pendaki gunung belajar secara langsung mengenai adat istiadat daerah yang ditujunya karena ada sesuatu di dalam kisah upacara adat yang hanya dipahami masyarakat asli sana.
ReplyDeleteSebagai tamu wajib mengikuti aturan tuan rumah demi kebaikan. Alam mengajarkan petanda kepada penghuni aslinya.
Tapi penasaran juga mengapa harus menggigit ujung Mandau?
lebih ke runtutan ritual adat teteh kan ada potong ayam, terus gigit mandau, terus diolesn darah ayamnya, dan diikat tali
DeleteMenarik sekali ya. Hal yang paling menarik saat kita mengunjungi satu daerah adalah mengenal kekhasan daerah tersebut, termasuk ritual adat dan kearifan lokalnya. Tiap daerah di Indonesia ini kaya sekali hal-hal semacam ini. Saya punya teman orang Dayak, dia sering cerita tentang adat istiadat di daerah asalnya. Kalau dari cerita Mbak Mei, sepertinya itu ritual adat yang sebenarnya bertujuan mendoakan keselamatan. Tapi bagus juga kepala adatnya juga melihat dari sudut pandang tamunya. Jadi ketika bagian menyembelih ayam, dia mempersilakan agar tamunya ikut mendoakan menurut kepercayaannya juga. Keren sekali ya, toleransi yang telah diterapkan di tempat ini.
ReplyDeleteSaya setuju sekali dengan kutipan peribahasa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Semoga Indonesia dan segala kearifan lokalnya tetap lestari.
betul sekali mba Nieke, saya jadi tertarik buat mempelajari budaya-budaya gara-gara ikut upacara adat ini
DeleteIndonesia mmg kaya akan adat istiadat. Beribu suku yg ada punya adat masing² yg unik. Menarik ya liat dr dekat ritual adat kyk gini.
ReplyDeletebetul kak, saya juga sangat tertarik
DeleteMenarik juga ritualnya. Ini bisa bikin kita menghargai adat budaya setempat ya, Mbak. Sehingga perjalanannya makin terasa berkesan.
ReplyDeletebetul mba ALfa
Deleteseneng kalau bisa menjadi bagian dari tradisi ini.. suatu hal yang menarik jika kita berkunjung di suatu daerah yang masih kental dengan tradisi penyambutan yang sakral seperti ini.
ReplyDeletemungkin bagi yang nggak terbiasa seperti aneh, tapi hal ini wajar wajar saja, karena cara yang dianut tiap daerah berbeda beda. dan senengnya bisa tinggal di Indonesia yang beragam
proud to be Indonesian ya mba
DeleteMenarik nih ritualnya bisa untuk atraksi wisata..tapi ini khusus untuk pendaki gunung ya..klo pas kita datang ke sana ga ada yg mau daki gunung gabisa dunk lihat ritualnya
ReplyDeleteyang ke sana pasti naik gunung Kak, karena tempat wisatanya hanya itu, perjalanan ke sana butuh 23 pas saya ke sana
DeleteBetapa senangnya melihat budaya yg masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat, dan di balik itu toleransi sangat terasa, pintu terbuka untuk kita yg mau mengenal ya, semoga suatu hari nanti bisa main juga kesana
ReplyDeleteAamiin ka Laksmi soon bisa ke sana
DeleteAku selalu bangga kalo baca2 ttg budaya adat begini, Indonesia tuh kaya keberagaman dan diimbangi dgn toleransi. Semoga kita bs ambil pelajaran dan lakukan di mana kita tinggal
ReplyDeleteIni yang harus dipertahankan di daerah, ada istiadat agar tetap lestari. Karena dengan berkembangnya negara kadang suka hilang adat istiadatnya.
ReplyDeleteAda-ada ajaa ya mba adat yang harus diikuti, dan ini justru memberikan pengalaman yang sangat berharga ya. Baca kisahnya seakan menyaksikan langsung
ReplyDeleteSebagai tamu, kita emang harus menghormati ada istiadat tempat tempat yang didatangi ya mbak. Biar segala urusan dilancarkan. Beruntung aku tinggal di Indonesia, banyak banget tradisi dan kebudayaan yang unik. Jadi nambah wawasan deh hehe.
ReplyDeleteWah bener mbak dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, bener bener seru pengalamannya mbak bisa tahu adat istiadat daerah tidak hanya menikmati alamnya saja
ReplyDeletekearifan lokal yg harus selalu dijunjung dan dilestarikan, biasanay banyak filosofinya
ReplyDeleteSerem enggak sih kak mengikuti ritual ini? aku kok bacanya merinding yaa heuheu sereem gitu. karena ada ritual ritualnya.
ReplyDeleteIndonesia ini kaya dengan khasanah tradisionalnya yaa. acara ritual ini menjadi bukti salah satu kekayaan Indonesia dan itu menarik baik bagi wisatawan domestik maupun luar.
ReplyDeleteWaah unik juga yaa Kak sebelum pendakian diadakan ritual seperti ini dulu dan hal ini yang jadi keberagaman tradisi dan adat yang ada di Indonesia
ReplyDeleteKesempatan emas ya melihat dari dekat kehidupan masyarakat pedalaman Kalimantan, mengenal budayanya..
ReplyDeletebener banget deh mbak, aku pun kadang tuh masih suka penasaran juga dengan kehidupan masyarakat di pedalaman.
DeleteHebat banget yaa...kak Mei.
ReplyDeletePara leluhur masih menjaga keselarasannya dengan Budaya. Tapi pasti ada maknanya yaa..mengapa dilakukan Upacara Adat Ngukuih.
Kenapa baca ceritanya aku malah jadi merinding ya Mba....jadi berasa serem dan takutnya hehehe. Dasar aku nya aja yang terlalu khawatir hehehe.
ReplyDeleteIni pengalaman berharga banget ya Kak, yang nggak semua orang bisa menikmatinya dan ikut serta di dalamnya melakukan ritual. Indonesia kaya akan budaya banget ya kak. Kak Mei terus menginspirasi dengan cerita-cerita pendakiannya.
ReplyDeletesaya juga sangat senang uk mengenal adat kebudayaan seperti ini, senang sekali membaca cerita pengalamannya. memang harus banget kita istilahnya permisi ya sebelum berwisata ke alam seperti itu.
ReplyDeleteWah, untuk mendaki gunung paling tinggi di Kalimantan harus melakukan ritual itu yaa k? menarik banget, aku suka deh belajar kebudayaan langsung seperti itu, kapan yaa bisa naik gunung di Kalimantan hehehe. Makasih sharingnya k, paling ga bisa jadi referensi buat yang ingin mendaki di sana ya.
ReplyDeletewah keren banget. belajar budaya baru. indahnya indonesia ya :)
ReplyDeleteMenurutku ritual seperti ini yang menjadi keunikan budaya di Indonesia yaa Kak Seruu nambah belajar budaya baru hihi
ReplyDeletemanrik ya mba adat istiadat yang masih dijunjung tinggi di Kalimantan dan di banyak daerah di Indonesia. Aku aga jerih juga melihat ritualnya and like it or not we gotta respect that
ReplyDeleteMenarik banget asat istiadat yang dilestarikan . Hal inilah membuat indonesia menjadi unik dan beragam karna toleransinya juga
ReplyDeletekearifan yang masih dijaga yaa. jadi inget sama film tanah jawa, mendaki gunung tanpa ijin dari warga sekitar memang membuat ngeri yaa. dengan mendapat restu dari warga sekitar, terutama petinggi dusun, kita menjalankan etika , sopan santun insyaAllah mendaki dengan penuh bahagia yaa.
ReplyDeleteAdat memang banyak macemnya ya. Aku baru tau soal ini. Asik juga bisa belajar bareng di sana.
ReplyDeleteWaaah unik juga ya mei. Pake acara ritual dulu. Aku lgs kepikiran, pas disuruh sembelih Ama yg muslim, kalo semuanya ga terbiasa nyembelih ayam piyeeee ituuu hahahaha. Aku ngeliat disembelih aja lgs lemes apalagi pas keluar darah -_- ..
ReplyDeleteIyaaa, saluut yaa Ama toleransi dan pengetahuan mereka ttg muslim. Eh orang2 Dayak ini aku percaya memang ada kekuatan khusus sih. Jd inget pas pecah perng antara Dayak dan Madura, itu salah satu temenku yg pas kejadian ada di Kalimantan, nyaksiin sendiri pasukan Dayak ini menyerang dan bisa ngebedain mana orang madur ato bukan hanya dengan penciuman. Walopun kemudian cara mereka menghabisinya lgs bikin trauma :(. Di depan mata temenku .. ga kebayang kalo aku ngeliat sendiri. Baca dr koran pas kejadian aja lemeees.
Meiiii, selama mendaki gunung ada pernah punya cerita2 yang mistis ga Mei? Mau dibagi ya di blognya, biar bisa belajar dari pengalamanmu.
ReplyDeleteAku si malah seru hehe karna kita jadi tambah pengalaman dengan berbagai adat istiadat beragam yang ada di indonesia
ReplyDeleteHi mbak Mei :)
ReplyDeleteMemang menarik banget ya budaya Indonesia tu.. aku baru tau kalau ada ritual seperti ini ketika mendaki gunung.. Mungkin karena ini di Kalimantan kali ya mbak Mei, jadinya tradisinya masih sangat kental ketika menaiki gunung yang dianggap sakral ini.
Sampai harus sembelih ayam lagi, waw 🙈
Makasih mbak Mei, sudah berbagi cerita yang menarik ini.
Luar biasa ya Indonesia dengan berbagai macam tradisi dan budayanya. Pernah ada cerita nggak kak kalau nggak ngikutin ritual ini apa yang terjadi? Terus ayam yang udah disembelihnya diapain? Di masak kah?
ReplyDeleteWah semua pendaki harus ritual nih?
ReplyDeletekalo menurutku bagus sih, selain nguri-uri budaya, ini cara yang tepat buat "membatasi" pendaki yang naik gunung, supaya gunungnya juga tetep asri. sering liat gunung yang didaki buanyak orang kayak di pasar, sedih mereka nggak bisa jaga kebersihan, naik gunung cuma buat keren-kerenan
Allahu yahdik. Titik kritis bagi pendaki salah satunya adalah acara adat bukit raya ini, karena ini berisi thatoyyur.
ReplyDeleteSilakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.