Lahir dan besar di era digital, membuat saya tak asing lagi dengan literasi digital. Apalagi kita yang terlahir sebagai generasi Y dan Z, hampir semua keseharian kita berkaitan dengan dunia digital. Saya mulai memahami betul mengenal ilmu digital ketika saya melanjutkan pendidikan master saya. Hampir setiap hari saya mengakses informasi yang berkaitan dengan kegiatan akademisi. Pemahaman saya semakin bertambah ketika mulai terjun di dunia digital media sebagai travel blogger juga sebagai content creator.
Membaca bisa kita lakukan di mana saja |
Saat ini rasanya tidak mungkin untuk bisa hidup tanpa platform digital. Kemajuan teknologi membuat semuanya didigitalisasi dengan alasan kemudahan. Termasuk di masa pandemi seperti sekarang, siap tidak siap semua orang dipaksa untuk beralih ke dunia digital. Jika kita tidak mengikutinya pasti akan tertinggal. Namun, ada ruang kosong (lack of knowledge) yang terbentuk ketika kemajuan teknologi tidak diiringi dengan pengetahuan yang cukup untuk menghadapinya.
Sebagai travel blogger, kehadiran platform digital sangat membantu. Perjalanan saya banyak berhasil karena kemajuan teknologi. Mulai dari mencari transportasi, akomodasi, akses, budget yang dibutuhkan, amenitas, dan lainnya. Atau mencari informasi yang berkaitan dengan destinasi wisata, secara real time kita bisa menemukannya dengan cepat. Namun, kemudahan dalam mengakses informasi tersebut harus dibarengi dengan sikap kritis dan cerdas. Kritis dalam membaca informasi yang didapat agar tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
APA ITU LITERASI DIGITAL?
Proyek digitalisasi sebenarnya sudah dicanangkan oleh UNESCO dari tahun 1980, namun mulai fokus dikembangkan sejak Mei 2007 setelah Konferensi Lisbon. Di Indonesia sendiri, literasi digital mulai dikenal sejak kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menjadi bagian dari kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Meskipun pada akhirnya dihilangkan pada kurikulum 2013 karena dianggap dapat digabung dengan mata pelajaran lainnya.
Secara sederhana, Gilster (1997) sebagai pencetus pertama konsep literasi digital dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy, mengungkapkan bahwa literasi digital merupakan kemampuan dalam memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Melengkapi pendapat dari Gilster, Bawden (2001) menambahkan bahwa literasi digital merupakan gabungan dari literasi komputer dan literasi informasi.
Sementara menurut The American Library Association’s, literasi digital adalah kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi yang memerlukan kemampuan kognitif dan keterampilan teknis.
Dari ketiga definisi di atas, secara sederhana literasi digital merupakan kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dengan cerdas dan bijak.
TAHUKAH MINAT BACA MASYARAKAT INDONESIA SANGAT RENDAH?
Tesis mengantarkan saya pada perbatasan Indonesia-Malaysia. Selain melakukan penelitian, saya juga melakukan voluntourism, dengan mengajar anak-anak SD di wilayah perbatasan. Wilayah yang akses untuk mendapatkan pendidikan masih sangat terbatas. Seperti jalan yang rusak, tidak ada transportasi, kekurangan guru, tidak ada akses internet, bahkan warga di perbatasan ini melihat lampu listrik saja mungkin belum pernah. Ketika saya mengajar di kelas IV SD, ada beberapa anak yang belum mengenal huruf dan angka. Pengalaman ini menyadarkan saya, bagaimana mereka bisa dikenalkan dengan literasi digital? Hal-hal dasar untuk kegiatan pendidikan saja masih sangat terbatas.
Kasus di atas hanya satu dari ribuan kasus yang terjadi di Indonesia, yang menyebabkan kenapa literasi digital di Indonesia masih sangat rendah. Cerita yang saya alami, mendukung beberapa fakta yang menyatakan bahwa masyarakat Indonesia memang krisis akan minat baca yang berpengaruh terhadap minat dan kemampuan dalam literasi digital.
Minat baca masyarakat Indonesia rendah |
Fakta pertama, penelitian yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) tahun 2015 menunjukan bahwa Indonesia menempati urutan ke-2 dari bawah soal minat bacanya.
Fakta kedua yang membuat saya tercengang, penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 menunjukan bahwa minat baca Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara.
Fakta ketiga, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia menempati urutan kedua dari bawah yaitu dari 1.000 orang warga Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca, artinya hanya 0,001%. Eh, tapi saya termasuk di 1 orang itu sih kayaknya hehehe.
Namun fakta berikutnya, justru patut dipertanyakan. Sebuah lembaga riset independen di Paris bernama Semiocast menunjukan bahwa Indonesia menempati urutan ke-5 dalam menatap layar gawai, meskipun disinyalir minat baca masyarakat kita rendah. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh digital marketing Emarketer tahun 2018, memperkirakan pengguna smartphone di Indonesia bisa mencapai 100 juta orang. Wow banget ya. Minat baca rendah tapi penggunaan smartphone sangat tinggi. Sepertinya patut diteliti apa yang mereka lakukan dengan smartphone tersebut.
Fakta-fakta di atas menurut saya wajib diwaspadai. Karena kalau kita cerna dengan teliti ada gap besar di mana minat baca sangat rendah yang mengakibatkan lack of knowledge, tapi kok suka banget ya menggunakan gadget. Dengan minimnya pengetahuan termasuk kritis terhadap informasi, para pengguna gadget tersebut bisa dengan mudah dihantam dengan informasi-informasi hoax dan mudah diprovokasi. Pada akhirnya akan ikut-ikutan menyebar informasi yang kebenarannya belum divalidasi dan akan merugikan banyak orang. Hal ini juga bisa berlaku bagi para travel blogger yang tidak memiliki kemampuan literasi digital.
BAGAIMANA PERAN TRAVEL BLOGGER DALAM MENDORONG MINAT LITERASI DIGITAL
Sebagai travel blogger yang sering membuat tulisan di platform online dan membagikannya juga di media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, atau media sosial lainnya, sudah pasti kita harus memiliki kecakapan atau kemampuan dalam mengelola literasi digital ini. Tulisan kita akan bisa diakses kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja, sehingga ada tanggung jawab moral bahwa informasi yang kita sampaikan validitasnya aman. Tulisan kita benar-benar harus dianalisa dengan sangat baik agar tidak memberikan informasi yang keliru kepada pembaca kita. Terlebih kita sudah tahu audience kita siapa.
Seperti yang dituliskan oleh peneliti literasi digital Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya, yang menyebutkan bahwa ada 8 komponen yang sangat penting yang harus diperhatikan terkait dengan literasi digital, yang beberapa poin sudah saya sebutkan di atas.
Komponen menurut Douglas A.J. Belshaw |
Dari delapan poin di atas, bisa menilai bahwa kita harus menggunakan informasi secara bijak. Lalu bagaimana peranan seorang travel blogger yang mempunyai kemampuan dalam membaca data melalui digital?
Berperan serta dalam mensosialisasikan Literasi Digital
Nah, salah satu peran yang bisa dilakukan oleh seorang travel blogger adalah membantu mensosialisasikan bagaimana meningkatkan kecakapan dalam literasi digital. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa itu dunia membaca melalui digital, manfaat atau dampak positifnya, serta bagaimana cara menggunakannya, apa yang does dan don'ts, bahkan kita dapat mengolah data dan berkomunikasi dengan semua orang di dunia melalui literasi dunia teknologi ini. Sosialisasi ini bisa dilakukan secara online atau pun offline. Salah satunya bisa menulis tentang pentingnya membaca melalui digital terhadap semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan wisata.
Menulis konten yang berkualitas
Menulis konten yang berdampak positif dan bermanfaat bagi para pembacanya menjadi sebuah kewajiban bagi siapa saja termasuk seorang travel blogger. Konten-konten yang berkualitas karena didapat dari berbagai sumber akan memberikan manfaat bagi pembacanya dan dapat mendorong seseorang untuk kembali ke blog kita, sehingga secara perlahan orang akan terbiasa dengan membaca dan mencari informasi melalui digital dan informasi yang didapatkan juga bermanfaat untuk para pembaca. Misalnya memberikan tips pada saat berkunjung ke destinasi wisata gunung.
Membuat konten tulisan yang menginspirasi
Selain konten yang bermanfaat dan positif, untuk mendorong membaca dan menemukan informasi melalui digital kita juga harus memberikan tulisan yang menginspirasi. Pengalaman saya, saat membaca sebuah tulisan melalui platform digital seperti blog, saya akan kembali ke blog tersebut karena penasaran dengan inspirasi-inspirasi yang akan diberikan berikutnya. Perlahan tapi pasti saya terbiasa dengan literasi digital. Hal ini pun pasti berlaku bagi pembaca lainnya. Salah satu yang suka saya tulis ketika berwisata adalah kegiatan volunteering saat berwisata. Kita bisa mengajak kepada pembaca bahwa jangan hanya sekedar traveling tapi kita juga bisa berbagi dengan masyarakat di sekitar destinasi wisata. Misalnya mengajar.
Membantu mendorong minat baca masyarakat melalui tulisan yang menarik dan detail
Jika konten kita bermanfaat, maka otomatis pembaca akan repeat ke blog kita. Hal ini menjadi peluang besar untuk kita sebagai travel blogger untuk memberikan pengaruh kepada pembaca untuk terus aktif membaca. Misalkan dengan pemilihan gambar destinasi wisata yang bagus, menggunakan infografis, tampilan blog yang rapi dan user friendly, informasi yang ditampilkan detail misalkan biaya yang perlu dipersiapkan untuk mengunjungi destinasi wisata tersebut, atau hal lainnya. Hal ini akan berpengaruh pada minat baca yang mereka miliki.
MENGAPA KEMAMPUAN LITERASI DIGITAL PENTING?
Memiliki kemampuan dalam membaca sebuah informasi melalui digital sangatlah penting. Dengan begitu kita akan berpikir kritis terhadap informasi yang kita baca atau yang akan kita sebarkan. Kita akan berpikir terlebih dahulu sebelum menyebarkan sebuah informasi, apakah kebenarannya valid atau tidak. Termasuk untuk seorang travel blogger yang tulisannya bisa diakses oleh semua kalangan.
Selain berpikir kritis, kita sebagai makhluk sosial kita mempunyai tanggung jawab untuk saling melindungi sesama kita dari informasi yang kita sebarkan. Sehingga kita mempunyai kewajiban untuk melakukan pengecekan terhadap semua informasi yang akan kita disebarluaskan.
KEMAMPUAN LITERASI DIGITAL DENGAN TATA BAHASA
Nah, embel-embel seorang blogger termasuk travel blogger pastinya berkaitan dengan tulisan bukan? Informasi melalui digital lekat dengan tulisan, karena semua informasi yang kita unggah atau pun unduh bentuknya dalam tulisan atau gambar. Untuk menjadikan tulisan kita bermanfaat dan menarik tentu saja harus disampaikan dengan tulisan yang baik dan benar.
Materi tentang Teknik Menulis dan Editing Blog Post |
Beruntungnya semalam saya mengikuti kelas Teknik Menulis dan Editing untuk blog post. Kelas diadakan Kelas Growthing Blogger (KGB) bersama teteh cantik dari Bandung, teh Gilang Maulani yang akrab dikenal dengan nama Gemaulani. Ternyata untuk memaksimalkan literasi digital ini, harus didukung dengan tulisan yang baik dan benar, mulai dari memperhatikan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), pemilihan bahasa, penggunaan huruf besar dan kecil, kata hubung, singkatan, penggunaan huruf kapital, juga termasuk penggunaan tanda baca.
Satu hal yang tak kalah penting, lakukan research untuk semua tulisan kita, agar informasi yang disampaikan sesuai fakta dan valid. Senin yang bermanfaat deh semalam itu.
MEMAKSIMALKAN LITERASI DIGITAL DENGAN EDITING TULISAN
Nah, sebelum kita menyebarkan tulisan kita ke khalayak ramai, misalnya saya menulis tentang sebuah destinasi wisata, saya akan memastikan bahwa informasi yang kita sampaikan memang sesuai di lapangan, termasuk foto-foto yang kita unggah sesuai dengan kondisi di lapangan. Jika memang tulisan berdasarkan opini pribadi, makan gunakan disclaimer jika itu merupakan pengalaman pribadi. Perhatikan juga typo, struktur blog, keterkaitan paragraf satu dengan lainnya, ini sangat penting agar informasi yang disampaikan tidak keliru.
REFERENSI
Gilster, P., & Glister, P. (1997). Digital literacy. Wiley Computer Pub. New York.
https://clalliance.org/wp-content/uploads/files/doug-belshaw-edd-thesis-final.pdf
https://www.ccsu.edu/wmln/rank.html
https://literasinusantara.com/literasi-digital-pengertian-tantangan-dan-peluang/
https://www.theguardian.com/books/2016/mar/11/finland-ranked-worlds-most-literate-nation
82 Comment
Menarik artikelnya. Sekarang yang namanya hoaks itu semakin merajalela. Mau ga mau literasi digital harus ditingkatkan. Mencari sumber yang bisa dipercaya. Walau tulisan blog pada dasarnya memiliki sistematika penulisan seperti membuat karya ilmiah, hanya ini versi santai dan kekinian.
ReplyDeleteWah benar mbak, sering menatap gadget tapi kemampuan literasi minim membuat seseorang akan mudah sekali termakan berita hoax. Maka dari itu kita perlu meningkatkan kemampuan literasi supaya bisa memfilter berita yang ada.
ReplyDeletekeren banget, mudah dipahami pemapaaran tentang literasi digitalnya. thanks for sharing
ReplyDeleteBagi saya pribadi yang sama2 travel blogger, literasi digital ini mempermudah orang untuk menemukan informasi tentang wisata. Bener nggak sih? hehehe
ReplyDeleteArtikelnya menarik dan menambah insight bgt entang pentingnya literasi digital. Thanks for sharing kak Mei!
ReplyDeleteArtikelnya keren bangeeet kak Mei. kekinian sekalii!
ReplyDeleteBaguuuus tulisannya kak, artikel yang menarik untuk dibaca. Terima kasih sudah sharing. 🙂
ReplyDeleteKeren dan menarik bgt artikelnya.. Thank you for sharing kak.. Semangat terus untuk berbagi 😊
ReplyDeleteemang yang paling penting itu literasi ya, karena sebenarnya negara kita tu kaya akan segala2nya, cuma SDMnya yang kurang karena budaya literasi di sini kurang :( jangankan literasi, baca caption aja males huhuhuuu
DeleteWaah thanks for sharing kak meii, menarik bangett insight-insightnyaa
ReplyDeleteHeem ni penting bgt orang indo buat lbh terbuka literasi digitalnya, ngesosmed gpp tp diimbangi dg hal2 bermutu misal baca berita or info2 lain. Biar g gampang panas ketika baca headline doang
ReplyDeleteWah tq, informasinyaa :)
ReplyDeleteKeren kak, semangat terus buat menulis nya, bermanfaat sekali
ReplyDeleteWah mbak terjun langsung ya melihat kondisi anak-anak yang tak tersentuh dunia digital. Semoga semua anak-anak Indonesia bisa menguasai literasi, termasuk literasi digital
ReplyDeleteWah keren nih artikelnya..
ReplyDeleteBener juga, saya rasa kebanyakan anak muda saat ini lebih tertarik ke media berbasis foto & video, sedangkan minat bacanya sangat kurang.
keren teh artikelnya, sangat bermanfaat
ReplyDeleteAstaga Kak Mei itu ke daerah pedalaman Indonesia Volunter thooo kok ga ketemu ya kita kak. Anak2 itu cerdas kak hanya memang karena belum meratanya pembangunan ya sulit buat mereka. Coba kalau dibalik mereka tinggal di kota besar dengan mudahnya segala akses pasti mereka pun tak kan tertinggal. Kapan kita berjalan2 ke timur lagi melihat Indonesia dari dekat aku rinduuuuuu
ReplyDeleteKeren banget tulisannya Mei, sangat bermanfaat. Pengalamannya inspiratif sekali,
ReplyDeletetips yang bermanfaat....
ReplyDeletethank you for sharing
Jadi paham deh ttg literask digital ini, salah satunya dengan bertanggung jawan atas apa yg kita sebarkan alias jangan hoaks ya
ReplyDeleteIya literasi bermanfaat banget. anak2 jaman sekarang harus dibudayakan membaca lagi. sekarang kebanyakan hanya di depan gadget tapi bukan membaca lebih ke social media
ReplyDeleteJadi blogger itu salah satu pejuang literasi digital ya(cie bahasa ku)? Jadi harus hati-hati menulis de an cek sumber dulu ya agar tidak salah menyebarkan informasi.
ReplyDeleteKeren banget uraiannya. Dunia literasi anak bangsa kita memang cukup memprihatinkan. Jika masyarakat kita berada di urutan ke-lima dalam hal penggunaan gadget. Namun sangat minim dalam literasi, baik baca tulis, apalah lagi literasi digital. Maka seharusnya ini masukd dan jadi perhatian khusus serta program pokok 'Sustainable Development' pemerintah kita.
ReplyDeleteTraveling bisa jadi salah satu pintu utk penguatan literasi masyarakat secara massif. Karena akan lebih mudah, dan lebih menyenangkan.
Kok sedih ya pas baca Indonesia dpt peringkat ke 60 dari 61 yg literasi nya rendah :(. Udah ga heran sbnrnya kenapa hoax gampang banget masuk ke sini. Yg dibaca judulnya doang, isinya apa wassalam... Trus dibilangin malah marah. Eh, ini sih pengalaman pribadi yg srg terjadi di wa keluargaku :D
ReplyDeleteSelain Krn faktor ekonomi, kayak anak2 di daerah pedalaman, menurutku penyebab susah membaca detail ini Krn ortu yg jrg membiasakan anaknya utk membaca. Papaku udah mulai beliin buku utk aku dan adek sejak kami bayi. Mulai dibacakan cerita, laku slalu bawa buku baru tiap kali pulang dr bistrip. Dan itu bikin aku tergila2 buku sampe skr.
Cara papa itu yg mau aku tiru buat anak2ku skr. Supaya mereka setidaknya mau utk membaca. Si Kaka aku ksh target utk membaca 1 novel anak sebulan 1 buku, dan dia hrs ceritain isinya. At least aku berharap anak2ku jd org yg ga mudah utk percaya hoax nantinya, dan mau mencari tahu dulu sebelum menyebarkan info ke orang lain
Prihatin banget dengan minat baca dan budaya literasi negara kita yang berada di nomor buncit di antara negara2 lain di dunia ya, dek. Semoga banyak anak-anak muda yang berperan aktif bantu anak-anak untuk mulai cinta dunia literasi
ReplyDeleteLiterasi digital memang sangat penting apalagi di zaman dengan gempuran visual saat ini. Kita juga tengab berada dalam era VUCA yang mengharuskan beradaptasi sangat cepat
ReplyDeleteKeren mbak. Suka
ReplyDeletepadahal tiap hari kita bermain media sosial ya tapi banyak yang kurang paham dengan literasi digital. Padahal kalau semua orang gemar membaca tidak akan ada lagi cerita kena tipu atau korban berita bohong.
ReplyDeleteSebagai seorang travel blogger, kita harus mengisi ilmu, menambah wawasan, bagaimana literasi yang baik.
ReplyDeleteBiar yang baca lebih jelas ya.
Waaah digital literacy memang masih PR besar di negara kita ya teh...semangat teh 🤗
ReplyDeleteMiris ya mbak Mei masa dari 1000 orang cuma 1 yg suka baca. Sekarang di era digital banyak hoaks dan mudah disebarin ke mana-mana. Sayangnya mereka yang nyebarin, cuma baca judul aja nggak membaca secara seksama.
ReplyDeleteArtikel selanjutnya ditunggu yak,😁
ReplyDeletewe are lack of literation ? indeed, truly indeed. most student today love in doing copypaste without read it first. what a shame
ReplyDeleteKetika pertama kali baca artikel ini, muncul pertanyaan dalam hati "sudah cukup kah minat baca ku selama ini?"
ReplyDeleteMiris ya teh melihat kenyataan ini. Kita hidup di jaman kuota internet dan gadget bagai air yang sangat penting bagi kehidupan, tapi hanya sedikit org yang memahami pesan tersirat maupun tersurat dari bacaan yang ada di internet. Kadang ada juga yang hanya membaca "kulitnya" tanpa mau mengupas dan menelan isi suatu kabar dengan baik.
Pada jaman digital ini, semua informasi dapat tersebar dengan sangat cepat tidak hanya di satu kawasan namun hingga ke pelosok dunia. Entah itu berita yang sudah pssti, propaganda, hoax bisa brcampur jadi 1 bila kita tdk telaah dengan baik.
Tulisan teh Mei ini membuat semacam "sarkas" serta sebuah motivasi bagi setiap pembaca utk menyadari jika kita sudah hidup di era digitalisasi.
Travel blogger juga bisa berperan ya sebagai pembangun literasi positif. Selama ini orang mikir kesannya travel blogger kerjanya cuma jalan-jalan dan foto-foto instagram doang. Ya mungkin memang ada yang semacam itu. Tapi saya rasa tidak sedikit yang traveling sambil jadi sukarelawan, dan membuat tulisan positif buat sesamanya.
ReplyDeleteudah kubaca dan cek typo-typonya ya mbak, hehe
ReplyDeleteMenarik banget ��������.. selalu keren Cara penulisan nya sangat informative. Ditunggu tulisan tulisan selanjutnya
ReplyDeleteSelalu dinanti deh tulisannya.. Menarik nih Literasi Digital.. Banyak yg suka abai & asal nerima info tanpa tau kebenarannya. Perbanyak baca.. gali dulu sebelum yakin.. ntr malah jadi penyebar hoax deh..
ReplyDeleteThanks Mbak sudah berbagi.. Semangat sehat untuk karya2 berikutnya..
ini nyentil banget sih kak, tapi membuat semangat juga bagi mereka yang benar - benar ingin membagikan pengaruh (influence) yang baik dengan literasi :) ya walau dikaui kadang dewasa ini orang - orang sudah mulai suka dengan konten audio visual, tapi kita juga harus bisa beradaptasi dengan menyajikan sebuah literasi digital menjadi konten yang menari, keren kak, semangat terus ! salam
ReplyDeleteArtikel yang menarik, makasi kak sudah berbagi ilmunya , semangat trs ka menulisnya��,
ReplyDeleteUlasan menarik mbak mei. Travel blogger bisa berbagi pengalamannya dengan bahasa yang menarik disertai dengan foto2 kece atau video. Tentu ini sangat berpengaruh pada pengembangan literasi digital yang ada di masyarakat. Karena visualisasi seringkali membuat tulisan menjadi lebih hidup. Tulisan2 di blog mbak Mei juga sudah menarik untuk dinikmati :D
ReplyDeleteTravel blogger juga harus perhatikan kaidah menulis yang rapi dan terstruktur gramatikanya. Punten, kata saya dalam satu kalimat usahakan jangan lebih dari satu, kecuali ada tanda baca koma sebagai pembatas untuk saya di bagian setelah koma.
ReplyDeletePelajari pula kaidah peluluhan atau pelesapan pada huruf tertentu yang setelah m seperti mem+percaya+i jadi memercayai. Kata dasatnya percaya jadi hilangkan huruf p.
Cari dulu kata dasarnya apakah bisa fdlesapkan atau tidak.
Juga jangan ada hiperkorek atau kalimat yang berlebihan karena tidak efektif. Silakan pelajari dulu di buku mengenai dasar bahasa Indonesia. Saya sudah mengantuk.
Semangat, Teh Mei. Saya juga sedang berjuang agar Palung melek literasi digital. Mengedukasi keluarga itu juga bagian untuk mengedukasi masyarakat. Indonesia masih bisa maju jika rakyatnya melek infornasi.
Miris banget ya Mbak melihat betapa minimnya tingkat literasi di negeri kita. Apalagi memang di perbatasan dan di pelosok yang minim banget akses ke sumber-sumber pengetahuan seperti buku dan jaringan internet yang stabil
ReplyDeletemenurutku minta baca anak tinggi sih mbak, soalnya di daerahku ketika anak disuguhi dengan buku cerita yang menarik mereka antusias banget. mungkin yang membuat anak nggak minat membaca karena akses bacaan yang sulit di jangkau. adanya literasi digital ini bisa menjadi solusi untuk membuat anak2 lebih dekat dengan buku bacaan ya :)
ReplyDeleteSebagai blogger penting sekali ya, Mba mempelajari Literasi Digital. Apalagi pengguna internet di Indonesia juga banyak akan lebih baik kita berkontribusi melalui tulisan yang positif dan mudah dimengerti dengan menggunakan EBI yang baik dan benar.
ReplyDeleteYa minat baca anak Indonesia memang sangat kurang. Tapi ga bisa menyalahkan siapa siapa jug sih secara para orang tua juga kan emang pada malas baca. Jadi kalau mau anak suka baca, ya paling tidak berikan contoh dulu sama orang tua dan lingkungan sekitar nya ya...
ReplyDeleteSemoga saja literasi digital di Indonesia terus meningkat
Travel blogger bisa meliterasi masyarakat kita dengan cara keren. mereka bukan cuma bisa pakai tulisan, tapi juga visual foto/ video.
ReplyDeleteSaya berharap rakyat Indonesia di pedalaman beroleh kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan dan literasi dengan baik secara merata.
ReplyDeleteLiterasi digital semestinya bisa menjangkau banyak kalangan.
Semoga itu bisa terwujud meski butuh waktu.
Yeayy Mbak Mei ikutan KGB ya, makin kinclong deh ntar blognya travel blogger yang superketje satu ini. Postingannya selalu inspiratif apalagi yg bahas traveling ke Nepal tuh, wahh kereen. Semangat ikutan KGB nya yaa Mba Mei ^^
ReplyDeleteSebagai ibu dari generasi Z aku tertatih-tatih perihal literasi digital. Syukurnya update ilmu sekarang mudah...enggak perlu malu belajar agar tahu bahkan pada anak sendiri. Keren sekali jika seorang travel blogger memanfaat kesempatan dalam sosialisasi literasi digital ini
ReplyDeleteMemang sungguh disayangkan dengan rendahnya minat baca masyatmasy kita kak. Padahal bonus demografi kita sungguh besar.
ReplyDeleteTugas para ibu sekarang menumbuhkan anak yang memiliki minat baca dan literasi yang baik. Agar ke depannya generasi menjadi orang yang bukan hanya suka membaca namun memiliki literasi digital yang mumpuni. Agar rakyat nantinya tidak mudah percaya hoax dan jadi korban penipuan.
Oh gitu ya, tuk memaksimalkan literasi digital, blogger sebaiknya menggunakan tulisan dengan ejaan baku? Wah pengetahuan baru ini..
ReplyDeleteAku jg lebih nyaman pakai kata baku sih daripada yg bahasa gaul gitu hehehe. Meskipun bahasannya ngga serius tapi bener lebih enak dibaca ajaa
ReplyDeletebener nih mbak, kalau travel blogger harus menceritakan detail mengenai tempat yang sudah dikunjungi ya. Dan harus objektif ya mba. Minimal orang tidak kecewa ketika datang ke tempat tersebut
ReplyDeleteNdak enak hati juga ni, minat baca para Indonesian berada di nomer 2 dari buntut. Seingat saya, di keluarga saya, dari enam anggota keluarga, 4 orang suka membaca.
ReplyDeleteBelom sepupu.
Banyak orang yagn saya kenal yang suka membaca.
Tapi kok ya kita nomer 60 dari 61 negara hiks...
Sedih ya kak vi, pe-er banget nih buat anak2 kita nanti semoga rajin membaca biar gak termakan hoaks
DeleteMinat baca masyarakat kita memang masih rendah banget nih,inilah memang saatnya untuk terus mengedukasi masyarakat ya terutama literasi digital ini. Jaman sekarang makin banyak yang sering termakan berita hoax.
ReplyDeleteApalagi saya kalau lihat blog orang ada embel embel travel blogger, wau auto penasaran pasti isinya nggak cuma jalan jalan pasti ada edukasinya. Itusih yang membuat saya menarik ada sisi edukasinya
ReplyDeleteLiterasi digital sangat penting sekali ya kak, apalagi di masa seperti sekarang ini ban yak sekali bertebaran berita hoax dimana mana
ReplyDeleteSaya pun terbiasa mencari informasi tentang suatu destinasi dari tulisan para travel blogger, karena dari pengalaman merekalah saya bisa persiapkan amunisi untuk jalan jalan.
ReplyDeleteTapi ya nggak dari satu sudut pandang, mencari yang pengalamannya hampir sama biar lengkap informasinya dan sebagai pembanding juga.
Mahir literasi digital memang penting banget. Semangat jadi pejuang literasi digital ya Teh Mei.
Perkembangan dunia digital memang sudah pesat, tetapi faktanya belum semua yang merasakannya. Masih ada di pelosok daerah atau tempat tertentu yang ternyata masih jauh dari jangkauan pendidikan. Sedih ya Mba.
ReplyDeleteNgobrolin tentang literasi digital memang tidak ada habisnya ya.
ReplyDeleteSetidaknya kita wajib paham agar bisa menyaring hal-hal buruk yang sering muncul di media sosil.
Menarik ya bahasan artikelnya karena zaman serba digital maka pola pikir juga harus diupgrade terus salah satu cara ya dengan literasi digital ini supaya banyak pengetahuan dan bisa saring informasi sebelum diteruskan
ReplyDeleteSebagai travel blogger yang pastinya nggak jauh-jauh dari tulisan, punya peran penting juga ya dalam literasi digital. Dengan cara yang kita sukai, sambil belajar dan dapat pula berguna bagi orang lain, karena literasi tak hanya sebatas membaca saja
ReplyDeletemenurutku justru travel blogger menjadi salah satu yang memiliki peran penting dalam literasi digital, karena rata-rata pasti baca review dari travel blogger jika ingin pergi kemanapun di Indonesia ataupun di seluruh dunia
ReplyDeleteAduuuh sedih banget deh kalau literasi orang2 Indo rendah ya mba Mei. Saatnya travel blogger berperan membantunya.
ReplyDeleteKarena ya kalau literasi aja masih minim bagaimana mau berkembang.
Travel blogger bisa bantu share2 tulisan di socmed biar banyak yg baca juga
Sedih banget minat membaca di Indonesia masih sangat rendah. yang bisa kita lakukan saat ini minimal harus coba membaca dari sumber yang valid untuk menghindari hoax. Serta ajarkan budaya membaca dari sumber yang valid untuk generasi selanjutnya.
ReplyDeleteblogger, tidak peduli apapun nichenya, sangat berperan membantu meningkatkan literasi digital. kita juga jadi belajar bertanggungjawab ya atas apapun yang kita tulis di blog.
ReplyDeleteSetuju banget kak, memang kita harus jadi orang yang krisis dalam mendapatkan informasi, jangan mau menerimanya mentah-mentah.
ReplyDeletebetul banget mbak generasi yang rendah literasi bisa bisa mudah termakan sama hoax, kalo dibiarkan jadinya banyak yang mudah termakan hoax
ReplyDeleteBagus ini pembahasannya Mei, semoga semakin banyak orang yang terliterasi ya terutama untuk blogger nih. Karena blogger itu harus menyampaikan informasi dengan baik dan positif.
ReplyDeleteSuka banget tema literasi digital begini..
ReplyDeleteDan ternyata, apapun profesi dan kesukaan, bisa banget menuliskan sebuah informasi yang bermanfaat untuk orang lain dengan data dan pengetahuan yang benar.
Kak Mei megang banget sama masalah literasi dan travelling.
DeleteSemoga semakin luas ilmunya dan bermanfaat untuk banyak orang. Informatif sekali.
Minat baca org indo tuh rendah, kdg sampe mikir apa iya hrs bikin artikel dlm bhs inggris biar byk yg baca? Tp kalo review produk lokal kan ya target marketnya lokal juga 🤭
ReplyDeleteMenjadi blogger turut mengabarkan pada khalayak ya mba soal literasi digital juga. Alhamdulillah. Semoga terus jadi blogger yang istikomah.
ReplyDeleteNah yang begini ini nih yang harus dipahami banyak orang, bahwa literasi digital itu gak sekadar membaca atau menulis di media digital. Internet memudahkan banyak hal terutama terkait dengan akses informasi dan pengetahuan namun tak semua orang dapat menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan literasi digitalnya, malah sebagian terjebak dalam fenomena mudahnya mencari informasi dengan mesin pencari namun kesulitan memmbaca teks2 panjang dan memahami apalagi menuliskannya kembali, akhirnya sekadar copy paste. Jadi blogger itu bagus bisa mengasah kemampuan literasi digital, karena hanya mereka yang banyak membaca dapat menulis tulisan yang berkualitas
ReplyDeleteBanyak faktor yang bisa jadi penyebab rendahmya minat baca orang Indonesia, salah satunya seperti yang Mei tulis kalo anak kelas 4 SD pun masih ada yang gak bisa baca tulis.
ReplyDeleteMiris ya...
Lengkap banget kak pembahasannya 😍 Bahkan travel blogger jg bisa berperan penting dalam menyebarkan literasi yg menginspirasi ya kak. Sangat disayangkan minat baca di Indonesia masih rendah
ReplyDeleteIndeed, literasi digital memang penting banget sih di era digital ini. Semuanya juga harus dibarengi reading comprehension atau pemahaman terhadap apa yang disajikan. Soalnya banyak yang miss soal ini sih huhuhu
ReplyDeleteKomplit pembahasannya kak Mei, alhamdulillah meskipun baru di dunia blogger kita turut menyumbang literasi ya kak dengan postingan kita
ReplyDeleteLiterasi digital ternyata cukup luas ya
ReplyDeleteSaya sendiri baru fokus ke literasi finansial dan literasi budaya
Selebihnya belum
Uww noted bangett mba soal inii. Jadi perhatian dan catatan buatku pribadi nih
ReplyDeleteSilakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.