Tahun 2018, kabar baik datang, saya menjadi 1 dari 14 perempuan terpilih dari berbagai propinsi di Indonesia yang lolos menjadi peserta Wanita & Gunung. Keempatbelas perempuan ini akan mendapatkan pelatihan khusus tentang pendakian yang aman khusus perempuan. Untuk sampai pada tahap ini, banyak tahap yang harus dilewati. Mulai dari pendaftaran administrasi, sampai pengumpulan essay.
Rencana awal, pelatihan lapangan akan diadakan pada bulan April 2020 di Gunung Merbabu kurang lebih 3 hari 2 malam. Sayangnya karena pandemi ini, semua gunung ditutup. Jadwal direschedule berkali-kali sampai pada akhirnya Alhamdulillah kegiatan pelatihan ini terlaksana pada bulan September 2021 dengan lokasi yang berpindah ke Gunung Lawu. Dan peserta digabung dengan peserta angkatan tahun berikutnya.
SEKILAS TENTANG GUNUNG LAWU
Gunung Lawu sendiri merupakan salah satu gunung terkenal yang ada di pulau Jawa. Gunung ini terletak di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Ngawi, dan kabupaten Magetan, Jawa Timur. Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl ini menyimpan keindahan dan misteri.
Untuk memasuki jenis gunung stratovolcano ini, ada beberapa jalur resmi yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Yaitu jalur Candi Cetho dan jalur Jogorogo (merupakan jalur pendakian terpanjang). Jalur Cemoro Sewu yang merupaan jalur pendakian paling mudah. Dan jalur Cemoro Kandang, dan jalur Singolangu yang merupakan jalur normal. Butuh sekitar 2-3 hari untuk berkunjung ke gunung ini.
Gunung Lawu sendiri mempunya beberapa puncak yaitu Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah yang merupakan puncak tertingginya. Ditandai dengan adanya sebuah tugu kokoh.
DAY 1 : JAKARTA - SOLO BALAPAN
Singkat cerita, dengan berbagai kisah panjang dibelakangnya, pelatihan dilaksanakan di gunung Lawu selama tiga hari 2 malam. Berangkat sendirian dari Bekasi menuju Solo Balapan menggunakan kereta dan janji temu dengan teman sekelompok di hotel tempat menginap. Hari pertama kuhabiskan dalam perjalanan di kereta.
DAY 2 : BERBELANJA DI PASAR KOTA GEDE SOLO
Hari kedua, setelah bertemu teman satu kelompok, kami berkeliling ke Pasar Gede di Solo untuk berbelanja kebutuhan logistik selama pendakian. Setelah itu kami bertemu kembali di stasiun dengan kelompok lain menuju basecamp Gunung Lawu.
Kami menginap semalam di basecamp, selain itu juga melakukan persiapan logistik, cek barang-barang, serta melakukan pendaftaran, dan menyerahkan semua persyaratan untuk pendakian esok. Di sini juga kami berkenalan dengan panitia dan semua peserta dari berbagai propinsi di Indonesia. Kami juga mendapatkan pengarahan bagaimana melakukan packing yang benar.
DAY 3 : LETS GO TREKKING to LAWU, JALUR CANDI CETHO
Hari ketiga pendakian baru dimulai. Setelah sarapan dan briefing, kami mulai berangkat sesuai kelompok. Yap, sekitar pukul 07.00 pagi dari basecamp Candi Cetho. Dengan semangat 45 saya mulai mengangkat kerir. Tidak lupa membawa trekking pool yang nantinya sedikit membantu menopang beban masing-masing karena jalan juga cukup menanjak, jadi alat ini pastinya sangat membantu untuk naik dan turun nanti.
Dengan kerir sudah siap dipunggung, kuhela nafas panjang, kupejamkan mata, serta kulebarkan senyuman membayangkan indahnya perjalanan nanti. "You will enjoy your journey Mei" Ucapku dalam hati. Begitulah kumulai langkah menuju gunung ini. Agar terus bersemangat menapaki langkah demi langkah jalur trekking yang panjang. Satu jam dua jam perjalanan masih terasa menyenangkan. Selebihnya bisa dibayangkan. Mengingat jalan yang mulai menanjak dan barang bawaan kami yang hampir 15-20 kg.
Penasaran kan isinya apa saja? Masing-masing peserta selain membawa logistik, pakaian dan peralatan pribadi, makanan pribadi, obat-obatan, dan kami juga wajib membawa 5 liter air untung masing-masing. Karena memang tidak ada sumber air di atas. Air itu bekal kami sampai 3 hari kedepan untuk minum dan memasak, serta kebutuhan lainnya. Dan ini pertama kalinya saya membawa kerir seberat ini.
Ada rasa bahagia yang tidak bisa diceritakan sepanjang jalan, hampir dua tahun tidak menghirup udara segar ketinggian. Hampir dua tahun tidak menyaksikan kabut indah, hamparan sabana di atas ketinggian, dan hampir dua tahun juga tidak mendengarkan gemerisik pohon tinggi berhimpit dengan pohon lainnya.
Jalan menanjak dan sedikit yang datar, membuat nafasku cukup terengah-engah, karena udara dingin kadang membuat kita lebih cepat lelah. Tapi bahagia itu lebih besar membimbing semangatku. Kadang kami beristirahat sambil bercanda. Atau untuk sekedar makan siang.
Kami berjalan sesuai kelompoknya masing-masing, saling tunggu dan saling memastikan teman kelompok atau kelompok lain yang berpapasan kondisinya baik-baik saja. Terasa sekali kebersamaannya. Anna teman sekelompok, selalu memastikan saya baik-baik saja, mengingat baru sembuh dari cedera. Dan paling rewel bertanya untuk memastikan kondisi teman-temannya baik-baik saja. Thanks a bunch Anna.
Hari sudah mulai sore. Tujuan kami masih cukup jauh yaitu pos Bulak Peperangan. Akhirnya kami memutuskan untuk berpecah. Anna dan Bella berangkat duluan untuk membuat tenda dan masak di camp yang sudah ditentukan panitia. Sementara saya dan Ilmi berjalan di belakang dengan kelompok lain yang juga sudah mulai terpencar dari kelompoknya.
Sempat kebingungan karena ada beberapa jalur, entah jalur mana yang harus kami ambil. Sementara hari sudah gelap dan kami perempuan semua. Rencana mau menyusul ke bawah untuk mencari panitia, namun sayangnya teman-teman saya sudah kelelahan. Akhirnya memutuskan menunggu panitia saja di sebuah jalur pertigaan. Cukup lama juga hampir 30 menitan dan dingin mulai menusuk halus tulang-tulang badanku karena terlalu lama tidak bergerak.
Sampai pada akhirnya panitia kelompok kami tiba dan kami lanjutkan perjalanan dengan kondisi tubuh yang sudah kedinginan. Selang sekitar 45 menitan kami sampai di pos Bulak Peperangan. Anna dan Bella terlihat sedang mendirikan tenda yang hampir selesai. Minuman hangat sudah tersedia dan disiapkan untuk saya dan Ilmi.
Sesampainya kami bantu rapi-rapi tenda dan memasak. Kami lanjutkan makan malam, dan membersihkan badan dan ibadah. Karena setelah itu semua peserta dan panitia akan berkumpul bersama. Acara dilanjutkan dengan mengobrol ceria antara panitia dan peserta, sampai pukul 9an acara selesai dan kami beranjak istirahat, persiapan fisik untuk esok pagi menuju puncak.
DAY 4 : PUNCAK, PUNCAK, PUNCAK
Sekitar pukul 5 pagi, kami bangun, beribadah dilanjutkan memasak untuk sarapan. Selesai sarapan kami rapi-rapi untuk menuju puncak. Tepat pukul 09.00 kami berangkat menuju puncak sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Berbekal makanan, minuman secukupnya, dan peralatan lain yang kami dibutuhkan, kami mulai berangkat. Punggung terasa lebih ringan, kaki juga terasa cepat sekali melangkah, karena tidak ada beban banyak yang menghimpit punggung kami.
Perjalanan menuju puncak cukup santai, kondisi jalan awal masih landai, melewati padang sabana panjang yang hijau dan indah. Saya menikmati setiap langkah kaki, menikmati udara segar, sesekali kabut menggodaku dengan menghalangi pandangan di depanku. Bergantian dengan sinar matahari yang kadang memberikan teriknya.
Sesekali kuambil foto dan video. Kupandangi jalur landai bersabana itu, sudah hampir dua tahun tidak pernah menikmati suasana dan hawa gunung seperti ini. Semenjak pandemi, saya memutuskan untuk stay at home saja. Sehingga ada kesempatan seperti ini, bahagianya luar biasa.
Setelah melewati padang sabana yang hijau, saya mulai melihat jalan mulai curam, menanjak, berbatu, dan berpasir. Semakin lama pohon khas ketinggian kian menyebar di pinggir jalan setapak yang kami lewati. Setelah hampir 3 jam perjalanan, hampir pukul 12 kami sampai di puncak, bonus banget kalau bisa menginjakan kaki di puncak. Sebelum berfoto, kami makan bersama.
Selesai berfoto, cuaca mulai agak mendung, dan sedikit gerimis. Kami memutuskan untuk segera turun. Tak rela rasanya saat pulang melewati sabana tanpa berfoto. Kami berhenti lagi dan berfoto di sabana, mengambil video dan terkadang sebentar berhenti untuk memandangi kabut dan menghirup udara segar pegunungan. Ada enggan yang menggelayut saat harus meninggalkan pemandangan hijau ini.
Kami juga sempat mampir ke Warung Mbo Yem yang legendaris itu. Meskipun hanya sebentar karena hari sudah mulai berkabut dan mendung. Sampai akhirnya kami sampai di tempat camp pukul 15an, dan bersiap untuk istirahat,bersih-bersih, makan dan ibadah.
Kami habiskan malam kedua di gunung ini untuk merenung, mengobrol bersama. Melihat bulan yang temaran di tengah hutan sepi nan dingin. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan. Tenang rasanya. Udara kian dingin dan akhirnya saya masuk tenda dan bersiap memanjakan kaki yang sudah berhari-hari lelah.
DAY 5 : SEE YOU SOON LAWU
Karena lelah saya bangun hampir pukul 6 pagi. Bergegas sholat. Setelah itu langsung bersiap sarapan dan berkemas. Karena hari ini jadwal kami turun sampai basecamp dan bersiap pulang menuju rumah masing-masing. Setelah selesai sarapan, berkemas, tenda kami sudah rapi, kami mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan.
Sambil memandangi teman-teman yang masih berkemas, kukencangkan tali sepatu sambil kupandangi pemandangan hijau dengan udara segar. Matahari mulai memarkan cahayanya, perlahan menghangatkan tubuhku yang sedikit membiru karena kedinginan.
Ada rasa enggan meninggalkan gunung ini. Kapan lagi bisa naik gunung? Kapan lagi bisa menghirup udara segar lagi? Selesai berdoa, dan melakukan pengecekan barang-barang, kami mulai turun sesuai dengan kelompok masing-masing. Tak terasa perjalanan turun selalu lebih cepat. Meskipun kami harus melewati puluhan tangga yang tinggi-tinggi dan lebar saat turun. Wow banget deh rasanya tu lutut kayak apa rasanya.
Akhirnya sekitar pukul 4 sore saya dan Ilmi sampai di basecamp. Langsung bersih-bersih, berkemas, dan makan sore. Kami bersiap untuk pulang ke kota masing-masing dengan diantar mobil elf yang sudah dipesan jauh-jauh hari dengan kelompok lainnya. Pelatihan ini mengingatkan saya pada saat pelatihan ESAR Wanadri beberapa tahun lalu. Sama serunya.
Terima kasih untuk semua wanita hebat yang terlibat dalam kegiatan ini. Semoga apa yang kita dapat bermanfaat. Sampai bertemu lagi Lawu.