Tahun 2018 saya melakukan solo traveling keliling ke beberapa kota di Kalimantan. Termasuk ke kawasan wisata perbatasan PLBN Entikong. Salah satu objek wisata yang terkenal sebagai ikon perbatasan PLBN Entikong adalah Monumen Patung Garuda. Buat kamu yang berencana mengunjungi objek wisata ini, jangan lupa untuk membawa paspor.
Monumen Patung Garuda PLBN Entikong, Ikon Wisata Perbatasan Indonesia Malaysia
Monumen Patung Garuda sendiri tepat berada di kawasan PLBN Entikong. Tepatnya berada di sekitar kantor Imigrasi sekaligus kantor perbatasan Entikong. Pemerintah pusat membangun wisata buatan ini dengan sangat megah, sehingga bagi siapapun yang melintas di perbatasan Entikong dapat berfoto dengan patung yang syarat dengan makna dan filosofi adat dan budaya Suku Dayak.
Kawasan Perbatasan Entikong atau dikenal juga dengan nama Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong adalah salah satu perbatasan yang dibangun secara besar-besaran dan megah oleh pemerintah pusat sejak tahun 2016. Karena menjadi salah satu pintu masuk utama wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui jalur darat.
Dan salah satu cara memperkenalkan Indonesia kepada wisatawan yang melintas adalah dengan membangun Monumen Patung Garuda ini sebagai lambang negara dan menjadi kebanggaan Indonesia. Monumen Patung Garuda PLBN Entikong adalah ikon atau atraksi utama di kawasan perbatasan Entikong atau PLBN Entikong.
Monumen patung ini dibangun dengan bentuk lambang Garuda, yang menggambarkan lambang kekuatan Indonesia. Digabungkan dengan desain unik khas Suku Dayak yang mencerminkan kearifan lokal setempat. Monumen Patung Garuda dibuat di dua sisi pintu keluar masuk menghadap Indonesia dan Malaysia.
Material yang digunakan untuk bangunannya tidak main-main yaitu menggunakan material khusus berupa batu alam jenis Andesit. Untuk patung Garuda-nya terbuat dari batu alam asli yang diukir langsung oleh pemahat dari Tuban yang menghabiskan dana kurang lebih 1 milyar, sehingga total dana yang dikeluarkan untuk pembangunan Monumen Patung Garuda PLBN Entikong ini mencapai 2 milyar.
Monumen Patung Garuda ini menjadi spot wisata paling ramai di kawasan perbatasan Entikong. Biasanya sambil menunggu proses pengecekan imigrasi atau menunggu kantor imigrasi buka, wisatawan yang melintas akan berfoto di tempat ini. Karena desain monumennya yang unik dan megah, dan menjadi ikon perbatasan Entikong, maka tak heran jika banyak wisatawan yang rela mengantri untuk berfoto. Bagi wisatawan juga sebagai bukti bahwa pernah melintas di salah satu perbatasan megah milik Indonesia ini.
Wisata perbatasan Monumen Patung Garuda ini, dibangun sejak 2016 dalam rangka pembangunan pariwisata perbatasan oleh pemerintah pusat. Tempat wisata ini juga dikelilingi oleh hutan Kalimantan yang masih asri, sehingga sekalian berfoto dengan monumen, wisatawan pun dapat mengambil potret hutan yang mengelilingi kawasan perbatasan ini. Atau mengambil beberapa dokumentasi mengenai kehidupan di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Pengalaman Wisata ke Monumen Patung Garuda PLBN Entikong
Saya melakukan solo traveling ke wisata perbatasan ini tahun 2018. Berangkat dari Jakarta saya menggunakan pesawat dan turun di Bandara Udara Supadio, Pontianak. Saya mengambil penerbangan sore hari. Perjalanan udara memakan waktu sekitar 2 jam.
Saya berencana mengambil tiket perjalanan malam hari yaitu bus terakhir untuk menuju PLBN Entikong, sekitar pukul 21.00 WIB. Agar saya bisa tidur selama perjalanan. Dari Bandara Pontianak saya lanjut menggunakan transportasi online menuju Terminal Antar Negara Ambawang yang memakan waktu sekitar 30-45 menit.
Sebenarnya bisa juga menggunakan travel tapi karena saya ingin lebih cepat, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan ojek online. Karena jika menggunakan travel biasanya harus menunggu penuh terlebih dahulu. Di terminal antar negara Ambawang ini, terdapat banyak pilihan bus untuk menuju PLBN Entikong, tarifnya sama semua.
Ada banyak pilihan bus yang bisa kamu naiki, mulai dari bus Damri, bus milik Malaysia dan bus milik Brunei Darussalam. Bus-bus ini akan berakhir sesuai dengan negaranya. Misalnya bus Malaysia akan berakhir di Kuching, Malaysia, begitu juga dengan bus Brunei Darussalam.
Semua bus ini akan melintas dan berhenti di kawasan PLBN Entikong untuk pengecekan paspor. Jadi kamu bebas memilih bus mana saja. Dari terminal antar negara Ambawang, saya memilih bus milik pemerintah Indonesia yaitu bus Damri. Bus Damri cenderung lebih kosong, sehingga perjalanan malam saya tentu saja tidak terganggu.
Berbeda dengan bus Malaysia dan Brunei Darussalam, umumnya selalu penuh, sehingga cenderung sulit untuk tidur selama perjalanan. Hal ini karena berisik oleh penumpang yang mengobrol, belum lagi ditambah dengan suara musik yang hingar bingar. Mungkin untuk membantu agar pengemudi tidak mengantuk dan bosan. Pengemudi dan penumpang juga kerap kali mengobrol dengan suara lantang.
Not bad tapi balik lagi ke preferensi orang. Kalau saya suka suasana yang damai dan tentram. Ini berdasarkan pengalaman saya yang bolak balik lebih dari 10x naik bus yang berbeda-beda ke PLBN Entikong. Kok bisa sampai 10x, nanti saya ceritakan di next artikel. Ngomongin soal ongkos, saat itu sekitar Rp160 ribuan sampai di PLBN Entikong.
Tiket bus lintas antar negara ini dapat dibeli secara langsung di tempat atau memesannya terlebih dahulu melalui telepon. Karena jarang penuh dan pilihannya banyak, saran saya sih tidak perlu booking, beli di tempat saja ketika kamu tiba di terminal antar negara ini.
Saat itu saya membayar tiket di dalam bus. Tetapi saya melihat juga beberapa loket tiket sesuai dengan perusahaan bus yang akan ditumpangi dan bisa membelinya di loket-loket tersebut. Terminalnya cukup luas dan nyaman, tersedia tempat makan, sarana ibadah, dan ruang tunggu.
Perjalanan menuju kawasan wisata perbatasan PLBN Entikong akan memakan waktu sekitar 5-7 jam, dengan kondisi jalan yang sangat bagus. Jika siang hari, kamu akan menyaksikan sepanjang jalan disuguhi dengan hutan Kalimantan yang sangat asri. Biasanya bus ini akan berhenti sekitar 1 jam di rumah makan untuk istirahat makan dan ibadah.
Saya sampai di PLBN Entikong sekitar pukul tiga pagi, pos lintas masih ditutup dan saya pun melanjutkan tidur di bus sambil menunggu pos lintas dibuka. Penumpang lain ada yang tidur, ada juga yang turun dan menikmati kopi atau makanan lainnya di warung-warung sekitar pintu perbatasan.
Tepat pukul 7 pagi, pintu PLBN Entikong dibuka, setelah menunaikan sholat di mushola sekitar, saya pun langsung hunting photo. Saat itu kondisinya masih dalam proses pembangunan untuk fasilitas di sekitar objek wisata buatan ini. Namun bangunan Monumen Patung Garudanya sudah berdiri dengan kokoh.
Beruntungnya saya pas ke sana, kondisinya masih belum terlalu ramai belum seperti sekarang, karena memang masih proses pembangunan. Orang yang berfoto di tempat ini hanya masyarakat lokal yang melintas dari Indonesia ke Malaysia atau Brunei Darussalam, dan sebaliknya. Untuk wisatawannya masih sedikit.
Untuk saat ini sudah banyak wisatawan yang memang sengaja untuk berkunjung ke wisata perbatasan ini, sehingga semakin ramai. Atau orang-orang yang hendak traveling ke Malaysia, Brunei Darussalam atau sebaliknya.
Termasuk wisatawan dari negara lain yang ingin berkunjung ke Indonesia yang melintas melalui Malaysia, sengaja melintas melalui jalur darat perbatasan Entikong untuk melihat keindahan alam sekitar kawasan perbatasan Entikong terlebih dahulu dan juga mengeksplor Kalimantan, sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke wilayah Indonesia lainnya.
Setelah puas berselancar dan mengambil berbagai photo di kawasan wisata perbatasan Entikong, bagian depan dan belakang, saya pun mengantri ke bagian imigrasi Malaysia karena berencana untuk lanjut ke Malaysia. Sebenarnya banyak objek wisata di sekitar perbatasan Entikong, namun saya memutuskan untuk ke Malaysia terlebih dahulu. Saat di imigrasi Malaysia, saya mempunyai pengalaman unik.
Foto saya di paspor hitam legam, sementara aslinya kulit saya terang. Sampai dicek beberapa kali dan dikira TKI oleh petugas imigrasi Malaysia. Diinterogasi lama sekali, dan diminta menunjukan berbagai dokumen. Untungnya saya mempunyai surat ajaib. Awalnya saya ga mau menunjukan dokumen itu, tapi ya terpaksa. Akhirnya mereka meminta maaf dan mengizinkan saya untuk melewati antrian.
Alamat, HTM, Jam Operasional, Atraksi Wisata Terdekat, dan Cara ke Monumen Patung Garuda PLBN Entikong
Cara ke Monumen Patung Garuda PLBN Entikong
Pertama, dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kendaraan ini bebas akan melintas atau sampai PLBN Entikong saja. Tentu saja jika akan melintas harus menggunakan paspor. Kedua, dengan menggunakan travel Pontianak-PLBN Entikong (PP) atau Malaysia - PLBN Entikong (PP). Travel ini tidak melintas negara, baik dari Indonesia atau Malaysia hanya sampai perbatasan atau PLBN Entikong.
Ketiga, menggunakan bus umum. Saat itu ada bus milik pemerintah yaitu Damri yang melayani Ambawang-Malaysia (PP) dan Ambawang-Brunei Darussalam (PP). Atau bus milik Malaysia dengan Rute Malaysia-Ambawang (PP), dan Brunei Darussalam-Ambawang (PP). Sayangnya jadwal keberangkatan dan jumlah armada bus-bus ini masih sangat terbatas.
Bus-bus ini berangkat hanya 2x dalam sehari, yaitu pukul 08.00 WIB dan pukul 20.00 WIB, yang berangkat dari terminal bus antar negara Ambawang. Jarak tempuh dari Terminal Ambawang menuju kawasan PLBN Entikong sekitar 5-7 jam perjalanan sudah termasuk istirahat 30-60 menit.
Sementara jika berangkat dari Malaysia, akan berangkat dari terminal bus Kuching Sentral (Malaysia) dan jarak tempuh dari Kuching sampai ke perbatasan Entikong sekitar 2-3 jam. Berbeda dengan terminal Miri dari Brunei Darussalam, jarak tempuh menuju perbatasan Entikong, memakan waktu yang sangat panjang sekitar 24-26 jam, termasuk istirahat dan makan.
Lokasi:
Wisata perbatasan Entikong beralamat di Jl. Lintas Malindo, Entikong, Kec. Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat 78557. Tepatnya berada di kawasan perbatasan PLBN Entikong. Atau di bagian pintu masuk dan keluar imigrasi Entikong, baik dari sisi depan atau pun sisi belakang.
HTM:
Gratis
Jam operasional:
Objek wisata buatan ini dapat dinikmati selama 24 jam jika hanya melihatnya dari luar. Tetapi untuk dapat berfoto di depan patungnya langsung, baru bisa mulai dari pukul 07.00 - 16.00 WIB, yaitu sama dengan jam operasional kantor Imigrasi Entikong. Selepas dari itu, pintu perbatasan akan dikunci, baik dari Indonesia, maupun Malaysia.
Untuk mendapatkan photo terbaiknya, pastikan untuk melintas di siang hari, karena biasanya cuaca cerah. Meskipun sore hari masih terlihat jelas, namun jika siang hari, wisatawan juga akan mendapatkan pemandangan hijau sekitar perbatasan. Selain itu jika sore hari lebih sering berkabut.
Objek wisata atau atraksi wisata terdekat
- Rumah Panca
- Air Terjun Punti Tapau
- Pasar Modern PLBN Entikong
- Gunung Tiong Kondang
- Rumah Betang Raya Dori Mpulor
- Kawasan Sabang Merah
- Sosek Malindo (tahunan)
- Festival Perbatasan (tahunan)
- Titian Muhibah (tahunan)
- Gawai Dayak (tahunan)
- Sarawak/Kuching Malaysia/Brunei Darussalam (wajib menggunakan paspor)
Itu dia pengalaman solo traveling saya ke wisata perbatasan Entikong, Kalimantan Barat. Dengan menggunakan moda transportasi bus Damri dari terminal Ambawang dan selebihnya saya pun mengeksplor wisata sekitarnya dengan menggunakan transportasi umum milik negara Indonesia Malaysia.
Pengalaman yang sangat luar biasa, solo traveling ke daerah perbatasan dan di provinsi orang. Bahkan saya melakukan kegiatan voluntourism selama kurang lebih 3 bulan di kawasan perbatasan ini. Penasaran dengan objek wisata lainnya di Kalimantan, stay tune ya.
19 Comment
Dari segi bentuk monumen, aku teringat monumen proklamasi yang ada di Jakarta. Secara bentuk, gak terlalu besar tapi membayangkan kalau bisa foto di monumen patung garuda ini, itu artinya aku bersiap melakukan perjalanan melintasi negeri lewat darat. Nah momen ini yang mahal dan istimewanya :)
ReplyDeleteCerita tertahan di imigrasi ini selalu menarik buatku, sebab pernah beberapa kali juga kena random check dan harus butuh waktu lama. Aku jadi penasaran surat ajaib yang mbak maksudkan itu apa hahaha.
Denger estimasi harganya mungkin akan terasa bombastis, tapi mengingat ini proyek strategis yang berada di perbatasan, dan tentunya bisa berpengaruh besar terhadap persepsi wisatawan untuk negara Indonesia.. menurutku ini bagus banget sih.
ReplyDeleteMonumennya cantik yaa dan memang kudu bawa paspor karena ini wilayah perbatasan. Aku malah penasaran dengan petugasnya.
ReplyDeleteLalu di akhir tulisan ini, kok jadi sedih ya. Seakan-akan tiap wanita yg mau ke luar negeri via jalan darat dicurigai sebagai TKW ilegal.
Seru banget ttg pengalaman mengunjungi Monumen Patung Garuda di PLBN Entikong. Jadi dapat gambaran yang jelas tentang megahnya monumen ini, yang dibangun dengan material batu alam andesit dan diukir oleh pemahat dari Tuban, dengan total biaya mencapai 2 miliar rupiah. Informasi mengenai lokasi monumen yang strategis di kawasan perbatasan, serta fungsinya sebagai spot foto populer bagi wisatawan yang menunggu proses imigrasi, ini semua bermanfaat banget kalau kita punya rencana ke sana. Selain itu, penjelasan Anda tentang desain monumen yang menggabungkan lambang Garuda dengan unsur budaya Suku Dayak menambah wawasan pembaca mengenai kearifan lokal setempat. Aku berharap banget dengan adanya artikel ini, semakin banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi dan menghargai keindahan serta makna dari Monumen Patung Garuda di PLBN Entikong.
ReplyDeleteWaaaah jadi kepikiran melintas ke Kuching pakai bus. Sebenernya aku udh ada plan mau ke Pontianak dan Singkawang. Trus mau visit Sabah Sarawak mba.
ReplyDeleteNah tadinya sih 2x berangkat. Ke Pontianak dan Singkawang dulu. Next kalo ada rezeki lain baru Sabah Sarawak.
.tapi pas tahu bus kesana juga banyak, JD tertarik sih.
Dipikir2 hajar aja sekali kesempatan, ga usah balik 2x 😄. Biar lama sekalian gapapa.
Apalagi bisa foto di patung perbatasan ini yaaa. 😍😍
Kalo dari sisi Malaysia nya, ada monumen mereka juga ga mba?
Aku salah satu penyuka traveling darat, memang lebih capek sih jadi harus fit banget saat melakukan perjalanan, tapi serunya adalah kita bisa lihat dari dekat situasi wilayah setempat dan bisa langsung mampir kalau ada yang bagus, kayak foto-foto di Monumen Patung Garuda di PLBN Entikong ini... Aku belum pernah ke sana sih, mudah-mudahan bisa mampir suatu hari nanti...
ReplyDeleteMbak Mei, dirimu ciamik banget sih melakukan solo traveling. Udah gitu pilihan perjalanannya malam, kalo daku mah gak berani karena lebih milih jalan²nya ramean hehe. Siip dah pengalaman perjalannya mbak Mei ini, jadi tahu soal perbatasan Entikong dan monumennya yang bisa jadi spot asik buat wisatawan
ReplyDeleteKalau sekedar mengunjungi monumen patung garuda doang harus bawa paspor ya. Emang sih letaknya di PLBN Entikong. Tapi masih masuk wilayah Indonesia nggak sih?
ReplyDeleteKangen banget sama Pontianak dan ketika baca tulisanmu ini kangenku makin memuncak, belum ke plbn entikong, duh pengen banget, trus makin tergiur ketika baru tahu ke brunei darusallam bisa lewat ponti juga yak hik (kemana aja ya aku )
ReplyDeleteanw penasaran surat ajaib itu apa ya hihihi sampai petugasnya minta maaf gitu.
Solo travelling dengan tujuan destinasi yang jarang terekspose pada masanya, jadi sesuatu yang amat sangat berharga. Ibaratnya orang-orang baru mulai meramaikan area tersebut sekarang ini, lain hal sama mba Mei yang sudah berkunjung dari lama. Kebayang sih perasaan saat foto sama garuda di area perbatasan dan hhmmp tertahan di imigrasi karena beda tampilan, aku pernah merasakannya.
ReplyDeleteJadi penasaran kenapa bisa 10 kali kesana? Apakah memang ada pekerjaan atau berkaitan sama voluntourism ? Maaf ya aku jadi kepo.
yang dari dulu aku pengen, pergi ke perbatasan negara indonesia dengan negara lain, seperti di NTT timor leste sana, terus perbatasan di kalimantan ini juga
ReplyDeleteseru gitu, apalagi banyak banget seliweran video masyarakat Kalimantan yang lebih sering ke Malaysia dengan mudahnya, padahal cuman pergi belanja, bahkan ada yang mungkin kerjanya di Malaysia, jadi PP bisa aja menempuh perjalanan keluar negeri, saking deketnya
PLBN Entikong ini menarik buat dikunjungi, jadi pengen merasakan langsung suasananya
Jadi kalau mau ke sini dan berfoto di monumen PLBN Entikong harus jam operasional kantor ya, Mba. Setelah itu ditutup baik dari Indonesia dan Malaysia. Pengalaman berkesan pastinya datang ke sini ya. Oh iya kalau di bus saya juga sama Kya Mba Mei, nggak terlalu suka kalau denger lagu terlalu kencang, muter musik sih oke, tapi suaranya yang nggak terlalu keras.
ReplyDeleteKehadiran patung garuda di PLBN Entikong ini membuat daerah perbatasan semakin menarik. Pagungnya juga sangat bagus karena dibuat batu alam berkualitas. Terus untuk wisata ke sana, sangat dimudahkan dengan ada bus-bus. asyiknya lagi gratis. Hanya kalau bisa datang di jam yang belum ramai pengunjung ya, Mbak. Biar pas mau foto tidak mengantre dan fotonya tidak bocor. Semoga saya bisa wisata ke sana juga. Aamin.
ReplyDeleteWow, ga biasa denger istilah terminal bus antar negara. Biasanya kan terminal antarkota hehe. Btw keren sekali mb Mei berani banget solo traveling ke daerah perbatasan gini. Eh udh biasa kali ya traveling sendirian. Sebelumnya udh nanya² n survey apa gimana?
ReplyDeleteSaya pernah lewat Entikong juga tapi dulu banget naik DAMRI dari Pontianak ke Kuching. Cuman kayaknya belum ada Patung Garuda ini. Kayaknya mesti balik lagi deh kesana buat lihat
ReplyDeleteWaww, pengalaman ketahan di imigrasi tuh sesuatuuu ya mba.
ReplyDeletebeneran baca blog ini rasanya nano nano
senanggg, semangaatt ceria, kadang deg2an jugaaaa
Seru juga ya perjalanan menyusuri perbatasan Indonesia dan Malaysia ini karena pemandangan alamnya indah dan ada monumen yang bisa dijadikan tempat berfoto sebagai kenang-kenangan..
ReplyDeleteWah sayangnya pas saya di Kalimantan dulu belum pernah ke sini
ReplyDeletePas lihat tulisan ini kok jadi menyesal
Mau balik sana sekarang aduhai tiketnya sudah mehong banget
Wah, pengalaman luar biasa bisa berada di perbatasan.
ReplyDeleteAku waktu kecil sering membayangkan gimana ada di garis batas, hehehe.. uniknya, di PLBN Entikong ini ditandai dengan Patung Garuda.
Dengan kemudahan jangkauan keluar negeri melalui Kabupaten Sanggau ini, jadi semakin banyak terjadi hubungan bilateral dua negara dalam berbagai bentuk.
Silakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.